Literasi, Literasi, dan Literasi. Itulah judul menarik salah satu tulisan media, 19 Maret 2018. Membaca tulisan tersebut, saya teringat akan sebuah kisah seorang laki-laki yang mendatangi Rasulullah. Laki-laki tersebut melontarkan sebuah pertanyaan, Siapakah orang yang lebih berhak dihormati? Rasulullah menjawab, Ibumu . Lelaki itu bertanya lagi, Lalu siapa? Jawaban Rasulullah sama, yaitu Ibumu , hingga tiga kali. Lalu, orang yang dihormati keempat adalah ayah. Membaca kisah menarik di atas, sontak teringat salah satu penutur literasi. Seorang penulis besar yang pernah diundang di Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP PGRI Ponorogo. Pada kesempatan itu, pemateri mengatakan sesuatu yang diulang lebih dari satu kali menandakan sesuatu teramat penting. Sehingga, mencerna tulisan di atas memberi pemahaman bahwa literasi penting bagi kehidupan seseorang. Dengan begitu, hal ini mengingatkan kita—warga Indonesia supaya memiliki jiwa literasi. Literasi memiliki artian begitu ...
"Percayalah, suatu hari nanti akan datang berkah dari setiap proses. Tentu, hakikat proses tidak pernah mengkhianati hasil. Percayalah! Untuk hari ini, tuliskan jejak hidupmu ke dalam tulisan. Senantiasa ia akan abadi meski kita berada di ruang keabadian."