Langsung ke konten utama

Perkuat Kesadaran Masyarakat untuk Melindungi Anak


Saya terkejut saat membaca berita yang menyebutkan Direktorat Tipidum Bareskim Polri mencatat hasil perhitungan kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2016 yang mencapai 254 kasus.

Itu jumlah yang mengerikan bagi Indonesia terkait dengan kasus kekerasan seksual terhadap anak. Sampai detik ini, pemerintah menanggulangi kasus kekerasan seksual dengan beberapa program. Salah satunya dengan pencanangan gerakan di Kota Layak Anak. Daerah yang sudah menjalankan antara lain Denpasar Bali dan Bondowoso Jawa Timur.

Tak hanya kementerian Perempuan dan Pemberdayaan Anak, DPR juga mengeluarkan dan mengesahkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang tersebyt memuat dalam Peraturan Pemerintah tentang Pemberatan Hukuman bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Seperti hukuman kebiri kimiawi dan penambahan masa kurungan menjadi sumur hidup.

Penetapan hukuman diberlakukan kepada para pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Hasil pengamatan Komisi Perlindungan Anak bekerja sama dengan aparat kepolisiaan terungkap pada tahun 2015-2016, jumlah kekerasan terhadap anak mengamali kenaikan drastis. Alasannya, korban kekerasan seksual mulai terbuka dan berani melaporkan apa yang dialami kepada polisi. Mulanya korban takut melapor lantaran mendapat ancaman dari pelaku kekerasan.

penelitian yang dilakukan kepolisian menyebutkan tindak kekerasan selain dilatarbelakangi antara lain masalah sosial, juga 70% pelaku kekerasan adalah orang-orang terdekat korban. Seperti orang tua, saudara kandung, paman, dan tetangga dekat.

Karena itulah untuk ke depannya seluruh anggota masyarakat harus saling peduli terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar anak kita. Masyarakat harus saling memperkuat kesadaran untuk melindungi anak-anak di mana pun berada. Anak calon penerus bangsa. Anak harus mendapatkan pendidikan secara baik dari sekolah maupun negara. Mari kita songsong masa depan anak Indonesia yang lebih baik.

*Tulisan di atas pernah termuat di Media Indonesia, edisi Jumat 28 Juli 2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengirim Karya di Koran Radar Madiun Grup Jawa Pos

Halo sahabat menulis. Sudahkah hari ini kalian menulis? Kalau boleh tahu, apa karya terakhir kamu? Ada kabar menarik lo, di koran Radar Madiun grub Jawa Pos terdapat kolom Litera yang memuat karya-karya beraroma sastra. Seperti cerpen, puisi, esai sastra.  Sebenarnya, kolom ini sudah lama ya, sekitar di tahun 2019 akhir. Bagi sahabat memiliki karya, boleh banget dikirim saja di kolom ini.  Aku sudah tiga empat kali muat di sana. Pertama, karya yang termuat adalah puisi tentang kemarau. Kemudian, tulisan kedua berupa cerpen. Cerpen tersebut berjudul Pertanyaan Kalila, dimuat edisi 19 Januari 2020. Ini adalah cerpen saya, bisa langsung intip di blog ya, https://mbak-suci.blogspot.com/2020/01/cerpen-pertanyaan-kalila.html. Ketiga, sebuah esai menarik atas refleksi dari pembacaan novel-novel Arafat Nur. Esai sastra itu berjudul Novel, Kritik Sosial, dan Tragedi Kemanusiaan. Tulisan termuat pada 2 Februari 2020. Kalau sahabat penasaran, bisa intip tulisan di link ini ya, https://mb...

Sinopsis Novel Lampuki Karya Arafat Nur

  Pertemuan dua bukit itu menyerupai tubuh manusia terlentang dengan kedua sisi kakinya merenggang, terkuak serupa selangkang perempuan, sebab di seluk situ tak ada gumpalan melainkan lubang. Persis di selangkangan bukit itulah rumah-rumah beton mungil bercat kapur menumpuk, saling berdesakan, terkesan seperti sedang berlomba-lomba hendak memasuki liangnya.   Begitu sepenggal paragraf pembuka novel Lampuki karya Arafat Nur. Penggalan paragraf di atas mengilustrasikan kampung Lampuki yang menjadi latar tempat dalam novel tersebut. Novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2011 ini, menyuguhkan cerita yang menarik, pedih, dan berani; mengungkit Aceh sebagai luka yang belum sepenuhnya selesai. Dengan gaya penceritaan satire yang cerdas, membincangkan luka negeri sambil tertawa.    Lampuki dikisahkan dalam sudut pandang orang pertama serba tahu melalui tokoh bernama Muhammad Yusuf. Ia adalah seorang teungku di kampung Lampuki. Sebuah kampung di kawasan kaki bukit de...

Setiap Bepergian, Pulang Bawa Tulisan Jurnalistik

Impian Suci Ayu Latifah menjadi wartawan tidak bisa ditawar. Kemampuan menulis terus diasah demi profesi idamannya sejak SMA itu. Salah satunya menjadi citizen reporter.  Senyum Suci Ayu Latifah mengembang kala diminta naik ke atas panggung. Tepuk tangan lantas mengiringi langkah kaki wisudawati jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo 2018/2019 itu yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,88. Nilai itu membuatnya menjadi lulusan terbaik. ‘’Setelah lulus ini, saya ingin jadi reporter,’’ katanya. Wartawan adalah profesi idaman Suci sejak SMA. Bermula dari hobinya mengisi  majalah dinding (mading) dengan karya tulis. Ternyata, karya tersebut diapresiasi teman dan guru-gurunya. Lulus SMA, Suci mengenal Sutejo, pakar literasi Kemendikbud. Ujung pertemuan itu tidak sekadar mengubah pandangan terhadap wartawan. Warga Desa Pangkal, Sawoo, itu juga menjadi anak asuh akademisi yang merupakan ketua STKIP Ponorogo tersebut. ‘’Jadi, awaln...