Presiden
Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutan perayaan
HUT ke-18 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) di Jakarta,
Minggu (15/1), mengemukakan perubahan dunia semakin cepat dari menit ke menit,
jam ke jam, dan hari ke hari. Satu masalah belum rampung, sudah muncul masalah
baru. Hal ini terbukti, Indonesia di awal tahun 2017 tengah diserang berbagai
macam informasi yang disebarkan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab (tidak
jelas kebenarannya).
Jokowi
pun mengingatkan masyarakat agar memverifikasi setiap berita maupun informasi
dari media sosial yang memungkinkan mengancam persatuan bangsa dan negara. Guna
menyikapi semacam serangan berupa hasutan, fitnah, berita bohong, dan ujaran
kebencian, perlu adanya kesadaran dan kebijaksanaan setiap masyarakat.
Masyarakat
diharapkan tidak turut menyebarkan informasi bermuatan suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA). Merabahnya berita hoax dikhawatirkan akan memecah belah
persatuan dan kesatuan bangsa. Masyarakat juga diminta tidak mudah terprovokasi
dengan beredarnya informasi yang barangkali dapat mengganggu keamanan dan
ketertiban masyarakat setempat.
Informasi
dalam bentuk apapun yang masuk harus diklarifikasi kebenarannya, karena mungkin
tak mungkin mereka yang memang sudah memiliki niat menyebarkan informasi palsu
atau bohong (hoax) telah menyusun strategi jitu sehingga masyarakat dengan
mudah terpengaruh dengan bujuk rayu, misalnya. Kendati itu, masyarakat harus
bersikap bijak dan tegas. Jangan mudah menelan mentah-mentah semua informasi
yang ada. Sebab, di era digitalisasi, informasi dapat dengan mudah keluar-masuk
secara bebas. Untuk itu, upaya menanggulangi berita hoax, masyarakat harus
mampu memfilter secara cerdas. Tindakan semacam ini bertujuan meminimalisir
banyak situs dari akun media sosial yang memaparkan berita bohong demi
kepentingan pihak bersangkutan.
Contohnya,
berita yang beredar di Kecamatan Ranah Pesisir, Sumatra Barat, berupa kabar
salah satu investor yang menanamkan modal kepada industri pembangkit tenaga
listrik akan beralih fungsi menambang emas di bantaran sungai. Akibatnya, usai
mendengar kabar tersebut masyarakat gelisah, bahkan sempat terjadi gesekan
antarkelompok masyarakat. Untung saja, aparat kepolisian segera menindaklanjuti
kabar tersebut. Polisi pun mengajak masyarakat untuk menyelesaikan persoalan
secara kekeluargaan. Karenanya, kabar demikian berpotensi memecah belah antarkelompok
masyarakat.
Kasus serupa,
juga terjadi disejumlah akun Facebook. Modusnya
meminjam uang dengan sistem transfer. Padahal, berdasarkan pengakuan korban dan
orang terdekat tidak pernah melakukan transaksi demikian. Tentu saja berita
hoax sangatlah memprihatinkan, apalagi jika korban sasarannya adalah masyarakat
awam.
Hakikatnya,
manusia hidup tidak sendirian. Mereka butuh orang lain untuk berinteraksi.
Aristoteles menyebutkan manusia zoon
politicon, yaitu makhluk sosial, saling bahu-membahu bersatu-padu.
Kedudukan manusia dengan munculnya berita hoax menjadi tantangan terbesar masyarakat
Indonesia. Sikap tegas terhadap hoax tidak lain karena akibat ditimbulkannya,
yaitu rusaknya kerukunan antarkelompok masyarakat sehingga yang terjadi saling
membenci dan memusuhi satu sama lain.
Mengingat
akibat yang ditimbulkan begitu besar, kesadaran dan kebijaksanaan Indonesia
damai dan rukun harus diperkuat. Yakni bertujuan untuk membangun persatuan dan
kesatuan antarbangsa dan negara. Seperti peribahasa, “Bersatu kita teguh,
bercerai kita runtuh.”
Komentar
Posting Komentar