Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

Feature Sosok: Sempat Kehilangan Suara, Akhirnya Masuk Grand Final

Napas lega, juga senyum tak percaya masih terpancar dari raut wajah Hera (23), Kamis (30/10/2019). Setelah berjuang masuk seleksi 30 besar, ia mampu menembus 10 besar. Niat mendaftar diri dalam pemilihan duta wisata Ponorogo, tidak pernah terpikirkan. Namun, karena kepercayaan pihak kampus kepadanya, pemilik nama Hera Trisiana Andamsari mencoba mendaftar dan mengikuti tahap seleksi Kakang Senduk Ponorogo 2019 yang dihelat Dinas Pariwisata Ponorogo. “Saya tidak sendiri. Ada enam teman kampus yang juga ikut mendaftar,” cerita mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo itu. Lolos mengalahkan 217 peserta, Hera sempat minder lantaran banyak peserta tingkat menengah atas. Beruntunglah dukungan dari kampus juga teman-temannya tak pernah henti. Justru menjadi kesempatan mahasiswi hobi travelling ini menunjukkan kemampuannya untuk menjadi duta wisata Ponorogo. Luwes, santai, dan memantik juri, Hera menunjukkan keahliannya berbicara di depan umum....

Resensi Buku: Potret Cinta Laki-Laki dalam Khasanah Cerpen

Judul buku     : Di Hari Kelahiran Puisi Penulis           : Sapta Arif N.W Penerbit         : TERAKATA Tahun terbit   : Pertama, April 2019 Tebal buku     : v-142 halaman ISBN             : 978-602-5457-13-5 Sapta Arif memang belumlah seperti cerpenis macam Seno Gumira Ajidarma, Agus Noor, Danarto, Yetti A. KA, Putu Wijaya, Jujur Pranoto, Ahmad Tohari, Faisal Odang, dan puluh bahkan ratusan cerpenis Indonesia.  Ia bisa dibilang pendatang baru dalam jajaran cerpenis Indonesia. Namun, hadirnya cerpen-cerpen Sapta Arif bukanlah karya biasa. Cerita-ceritanya memporakporandakan ruang imajinasi metaforik pembaca yang dibalut estetika bahasa. Cerita-ceritanya pula, mampu memberikan efek dramatik lewat konflik yang tak sederhana. Di tangan Sapta Arif, dunia cerpen tidak sekadar disajikan un...

Setiap Bepergian, Pulang Bawa Tulisan Jurnalistik

Impian Suci Ayu Latifah menjadi wartawan tidak bisa ditawar. Kemampuan menulis terus diasah demi profesi idamannya sejak SMA itu. Salah satunya menjadi citizen reporter.  Senyum Suci Ayu Latifah mengembang kala diminta naik ke atas panggung. Tepuk tangan lantas mengiringi langkah kaki wisudawati jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo 2018/2019 itu yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,88. Nilai itu membuatnya menjadi lulusan terbaik. ‘’Setelah lulus ini, saya ingin jadi reporter,’’ katanya. Wartawan adalah profesi idaman Suci sejak SMA. Bermula dari hobinya mengisi  majalah dinding (mading) dengan karya tulis. Ternyata, karya tersebut diapresiasi teman dan guru-gurunya. Lulus SMA, Suci mengenal Sutejo, pakar literasi Kemendikbud. Ujung pertemuan itu tidak sekadar mengubah pandangan terhadap wartawan. Warga Desa Pangkal, Sawoo, itu juga menjadi anak asuh akademisi yang merupakan ketua STKIP Ponorogo tersebut. ‘’Jadi, awaln...

Nasib Warisan Budaya

Kementerian Pendidikan dan Budaya telah mengesahkan 267 Warisan Budaya Takbenda (WBTb) tahun 2019. Keputusan tersebut merupakan bagian dari rangkaian malam Apresiasi Penetapan Warisan Budaya Takbenda sebagai rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional (PKN), pada 8 Oktober 2019. Sebelumnya, penetapan WBTb di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 2013. Kemudian, penetapan itu digelar setiap tahunnya. Indonesia, tahun 2013 ditetapkan sebanyak   77 WBTb. Tahun 2014, jumlahnya meningkat menjadi 96 WBTb.   Tahun 2015, mengalami peningkatan lagi sebanyak 121 WBTb. Sementara tahun 2016-2017 memiliki jumlah sama sebanyak 150 WBTb. Dan, di tahun 2018 jumlahnya meningkat lagi menjadi 225 WBTb. Penambahan jumlah WBTb setiap tahun ini didukung Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007 yang mengatur konvensi perlindungan terhadap Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Hal itu kiranya dapat terwujud dengan dilatarbelakangi adanya kerja sama baik antara pemerintahan daerah dan komunitas adat. Ada...