Langsung ke konten utama

Resensi Buku: Jokowi: Sosok Pemimpin Indonesia





Judul buku      : JOKOWI: Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker
Penulis             : Yon Thayrun
Tahun Terbit    : 2012
Tebal buku      : 246 halaman
Penerbit           : Noura Book Publising 
ISBN               : 9786029498462

Berwarna merah gelap, buku JOKOWI: Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker, yang ditulis oleh seorang wartawan, Yon Thayrun, berkisah tentang keluarga Jokowi. Terlahir dari seorang Ayah bernama Notomiharjo Si tukang kayu dan Ibu  Sujiatmi.

Diceritakan dalam buku setebal 246 halaman itu, keluarga Jokowi berkali-kali pindah rumah dari bantaran kali ke bantaran kali lainnya. Hidup keras dan pahit Jokowi alami sejak kecil. Sebagai anak dari keluarga yang kurang mampu dan sederhana, Jokowi diajarkan untuk bersikap jujur, apa adanya dan tidak neko-neko. Meskipun dalam kondisi kekurangan, tidak ada ajaran untuk meminta-minta bahkan mencuri. 

Jokowi adalah anak yang cerdas. Ia selalu meraih juara kelas, meskipun jarang belajar karena ketidaknyamanan dengan pencahayaan lampu petromak. Menggambar menjadi hobinya. Ia memasang karya-karya lukisannya di tembok—di antara beberapa lukisan favoritnya.

Hidup dilanda kekurangan ekonomi terus melanda keluarga Jokowi. Sebagai tukang kayu gergajian hasil yang didapat cukup untuk makan sehari. Ketika Jokowi minta kuliah menjadi beban berat keluarga. Karena masih ada tiga adik perempuan Jokowi yang membutuhkan biaya sekolah. 

Akhirnya, melalui musyawah keluarga, keluarga memutuskan memenuhi keinginan Jokowi dengan bantuan biaya dari Pakde Wiyono, dan nenek dari keluarga ibunya. Tak rugi. Pencinta musik rock ini mendapat indeks prestasi memuaskan sehingga termasuk lulusan tercepat sekitar 4,5 tahun pada masanya. 

Disiplin, sederhana, tekun, sederhana,dan rendah hati membawa Jokowi menjadi sosok pemimpin berjiwa rocker. Terbukti, masa pimpinan selama dua periode di Solo, ia mengubah wajah kota Solo dengan branding “Solo: The Spirit of Java”. Berbagai program diluncurkan, seperti revitalisasi pasar tradisional, membangun ruang publik, hingga merobohkan pagar-pagar beton untuk dijadikan pagar-pagar hidup yang kemudian ditanami berbagai tumbuhan (hal. 168).

Pemimpin yang akrab dengan busana batik ini, juga melakukan program bike to school, yaitu menggunakan sepeda untuk pergi dan pulang sekolah. Program menarik itu ditujukan kepada pelajar di Solo untuk mengantisipasi kemacetan.  

Dua periode membangun kota Solo, lelaki bertubuh tinggi dan kurus itu mampu mengubah wajah kota Solo menjadi kota luar biasa. Sebagai contoh, munculnya sebutan Solo Batik yang dimeriahkan dengan karnaval setiap bulan Juni.

Membaca keberhasilan Jokowi sebagai pemimpin, tak membawa diri sebagai orang yang sombong dan merasa besar. Jokowi tetap rendah hati. Karenanya, banyak orang di sekitarnya mendukung Jokowi untuk maju sebagai pemimpin Indonesia setelah Susilo Bambang Yudhoyono. 

Sebelum itu, lelaki Solo itu pernah menjadi pemimpin di Jakarta sebagai gubernur. Pro dan kontra masyarakat saat itu membuat Jokowi bimbang. Karenanya, Jokowi hanya mampu berujar hanya menjalani tugas dari partai.

Sementara komentar masyarakat Solo, lebih pada Jokowi paling bagus di Solo. Makin dekat dengan rakyat makin bagus. Karena rumah sendiri, ibaratnya.

Buku menarik yang mengupas tentang Jokowi merupakan buku inspiratif. Di mana kita bisa membaca Jokowi dengan dekat melalui bahasa tulis. Nilai yang dapat dipetik dari kisah Jokowi adalah bagaimana seseorang harus selalu rendah hati. Meskipun berada di bawah, kita harus ingat bilamana pernah di bawah—berada di keadaan paling buruk. Dengan begitu, seseorang selalu memaknai setiap perbuatan yang membawanya menjadi orang besar dan sukses.

Lewat buku JOKOWI: Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker, semoga membawa pembaca pada pembawaan diri yang optimis dan rendah hati. Percaya pada kuasa Tuhan yang lihai dalam membolak-balikkan keadaan hamba-Nya. (Peresensi, Suci Ayu Latifah).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengirim Karya di Koran Radar Madiun Grup Jawa Pos

Halo sahabat menulis. Sudahkah hari ini kalian menulis? Kalau boleh tahu, apa karya terakhir kamu? Ada kabar menarik lo, di koran Radar Madiun grub Jawa Pos terdapat kolom Litera yang memuat karya-karya beraroma sastra. Seperti cerpen, puisi, esai sastra.  Sebenarnya, kolom ini sudah lama ya, sekitar di tahun 2019 akhir. Bagi sahabat memiliki karya, boleh banget dikirim saja di kolom ini.  Aku sudah tiga empat kali muat di sana. Pertama, karya yang termuat adalah puisi tentang kemarau. Kemudian, tulisan kedua berupa cerpen. Cerpen tersebut berjudul Pertanyaan Kalila, dimuat edisi 19 Januari 2020. Ini adalah cerpen saya, bisa langsung intip di blog ya, https://mbak-suci.blogspot.com/2020/01/cerpen-pertanyaan-kalila.html. Ketiga, sebuah esai menarik atas refleksi dari pembacaan novel-novel Arafat Nur. Esai sastra itu berjudul Novel, Kritik Sosial, dan Tragedi Kemanusiaan. Tulisan termuat pada 2 Februari 2020. Kalau sahabat penasaran, bisa intip tulisan di link ini ya, https://mb...

Sinopsis Novel Lampuki Karya Arafat Nur

  Pertemuan dua bukit itu menyerupai tubuh manusia terlentang dengan kedua sisi kakinya merenggang, terkuak serupa selangkang perempuan, sebab di seluk situ tak ada gumpalan melainkan lubang. Persis di selangkangan bukit itulah rumah-rumah beton mungil bercat kapur menumpuk, saling berdesakan, terkesan seperti sedang berlomba-lomba hendak memasuki liangnya.   Begitu sepenggal paragraf pembuka novel Lampuki karya Arafat Nur. Penggalan paragraf di atas mengilustrasikan kampung Lampuki yang menjadi latar tempat dalam novel tersebut. Novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2011 ini, menyuguhkan cerita yang menarik, pedih, dan berani; mengungkit Aceh sebagai luka yang belum sepenuhnya selesai. Dengan gaya penceritaan satire yang cerdas, membincangkan luka negeri sambil tertawa.    Lampuki dikisahkan dalam sudut pandang orang pertama serba tahu melalui tokoh bernama Muhammad Yusuf. Ia adalah seorang teungku di kampung Lampuki. Sebuah kampung di kawasan kaki bukit de...

Setiap Bepergian, Pulang Bawa Tulisan Jurnalistik

Impian Suci Ayu Latifah menjadi wartawan tidak bisa ditawar. Kemampuan menulis terus diasah demi profesi idamannya sejak SMA itu. Salah satunya menjadi citizen reporter.  Senyum Suci Ayu Latifah mengembang kala diminta naik ke atas panggung. Tepuk tangan lantas mengiringi langkah kaki wisudawati jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo 2018/2019 itu yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,88. Nilai itu membuatnya menjadi lulusan terbaik. ‘’Setelah lulus ini, saya ingin jadi reporter,’’ katanya. Wartawan adalah profesi idaman Suci sejak SMA. Bermula dari hobinya mengisi  majalah dinding (mading) dengan karya tulis. Ternyata, karya tersebut diapresiasi teman dan guru-gurunya. Lulus SMA, Suci mengenal Sutejo, pakar literasi Kemendikbud. Ujung pertemuan itu tidak sekadar mengubah pandangan terhadap wartawan. Warga Desa Pangkal, Sawoo, itu juga menjadi anak asuh akademisi yang merupakan ketua STKIP Ponorogo tersebut. ‘’Jadi, awaln...