Langsung ke konten utama

Ketika Medsos Kritis


Pengeluaran fatwa terkait hukum dan pedoman menggunakan medsos, memang sudah saatnya digelorakan. Karena fenomena semacam tuduhan, hinaan, ghibah, bully-an, dan informasi-informasi yang mengundang perdebatan ini seakan menjadi menu sehari-hari bagi pembaca di medsos. Pengeluaran fatwa tersebut, diharapkan mampu meredam gejolak panas yang sedang marak akhir-akhir ini, serta konten-konten yang meresahkan masyarakat tidak lagi medsos khusunya. 

Sejatinya, medsos dijadikan sarana untuk memperat antarkelompok manusia, bukan justru memecah belah keadaan. Medsos dengan segala layanan kebaikan itu seharusnya kita gunakan dengan baik, mulai dari ujaran maupun tulisan. Sayangnya, pemanfaatan medsos disalahartikan. 

Banyak pengguna menyebar dan memerluas suatu informasi yang tidak valid. Bahkan, bahayanya informasi tersebut bersifat hoax (berita palsu). Tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan konflik besar antarmanusia. 

Untuk itulah, dengan keluarnya fatwa ini, ada pembelajaran bagi pengguna medsos, yaitu melakukan cek validasi informasi dengan mencari sumber lain, bersikap kritis dan netral, tidak mudah terpengaruh berita yang beredar, dan membaca informasi dengan pemahaman totalitas. 

Mencoba menata dan memikirkan ulang terkait medsos dengan memberantas ikhwal bersifat negatif dan menjaga, juga memertahankan kemanfaatan bermedsos. Dengan begitu, penyakit yang diderita medsos kita akan semakin parah hingga krtis, tetapi menjelma serupa ikhwal yang sangat berpotensi menguatkan opini publik dan ukhuwah antarmanusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengirim Karya di Koran Radar Madiun Grup Jawa Pos

Halo sahabat menulis. Sudahkah hari ini kalian menulis? Kalau boleh tahu, apa karya terakhir kamu? Ada kabar menarik lo, di koran Radar Madiun grub Jawa Pos terdapat kolom Litera yang memuat karya-karya beraroma sastra. Seperti cerpen, puisi, esai sastra.  Sebenarnya, kolom ini sudah lama ya, sekitar di tahun 2019 akhir. Bagi sahabat memiliki karya, boleh banget dikirim saja di kolom ini.  Aku sudah tiga empat kali muat di sana. Pertama, karya yang termuat adalah puisi tentang kemarau. Kemudian, tulisan kedua berupa cerpen. Cerpen tersebut berjudul Pertanyaan Kalila, dimuat edisi 19 Januari 2020. Ini adalah cerpen saya, bisa langsung intip di blog ya, https://mbak-suci.blogspot.com/2020/01/cerpen-pertanyaan-kalila.html. Ketiga, sebuah esai menarik atas refleksi dari pembacaan novel-novel Arafat Nur. Esai sastra itu berjudul Novel, Kritik Sosial, dan Tragedi Kemanusiaan. Tulisan termuat pada 2 Februari 2020. Kalau sahabat penasaran, bisa intip tulisan di link ini ya, https://mb...

Sinopsis Novel Lampuki Karya Arafat Nur

  Pertemuan dua bukit itu menyerupai tubuh manusia terlentang dengan kedua sisi kakinya merenggang, terkuak serupa selangkang perempuan, sebab di seluk situ tak ada gumpalan melainkan lubang. Persis di selangkangan bukit itulah rumah-rumah beton mungil bercat kapur menumpuk, saling berdesakan, terkesan seperti sedang berlomba-lomba hendak memasuki liangnya.   Begitu sepenggal paragraf pembuka novel Lampuki karya Arafat Nur. Penggalan paragraf di atas mengilustrasikan kampung Lampuki yang menjadi latar tempat dalam novel tersebut. Novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2011 ini, menyuguhkan cerita yang menarik, pedih, dan berani; mengungkit Aceh sebagai luka yang belum sepenuhnya selesai. Dengan gaya penceritaan satire yang cerdas, membincangkan luka negeri sambil tertawa.    Lampuki dikisahkan dalam sudut pandang orang pertama serba tahu melalui tokoh bernama Muhammad Yusuf. Ia adalah seorang teungku di kampung Lampuki. Sebuah kampung di kawasan kaki bukit de...

Setiap Bepergian, Pulang Bawa Tulisan Jurnalistik

Impian Suci Ayu Latifah menjadi wartawan tidak bisa ditawar. Kemampuan menulis terus diasah demi profesi idamannya sejak SMA itu. Salah satunya menjadi citizen reporter.  Senyum Suci Ayu Latifah mengembang kala diminta naik ke atas panggung. Tepuk tangan lantas mengiringi langkah kaki wisudawati jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo 2018/2019 itu yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,88. Nilai itu membuatnya menjadi lulusan terbaik. ‘’Setelah lulus ini, saya ingin jadi reporter,’’ katanya. Wartawan adalah profesi idaman Suci sejak SMA. Bermula dari hobinya mengisi  majalah dinding (mading) dengan karya tulis. Ternyata, karya tersebut diapresiasi teman dan guru-gurunya. Lulus SMA, Suci mengenal Sutejo, pakar literasi Kemendikbud. Ujung pertemuan itu tidak sekadar mengubah pandangan terhadap wartawan. Warga Desa Pangkal, Sawoo, itu juga menjadi anak asuh akademisi yang merupakan ketua STKIP Ponorogo tersebut. ‘’Jadi, awaln...