Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

Emosional

Hidup, hakikatnya berkutat pada hukum kausalitas. Kita tidak dapat mengelak dengan berbagai alasan. Renungkan, pahamkan, maknakan hidup sebagai perbuatan baik untuk masa datang. Hukum kausalitas, senantiasa mengajarkan untuk berpikir secara kritis. Sebabnya apa, akibatnya bagaimana, atau akibatnya seperti ini, sebabnya dari apa. Kita perlu sadar tentang hal ini. Mengapa saya begini? Mengapa kamu begitu? Mengapa kalian demikian? Itu hukum kausalitas. Hukum kausalitas akan menjadi cerita bagi kita. Sarana dan prasarana di bumi menjadi saksi, perantara atas apa yang kita perbuat dan lakukan. Saya menulis miliki sebab-akibat. Semua tidak berjalan begitu saja. Pikiran dan tindakan menulis juga tidak muncul dengan sendirinya. Ada sebab yang mengiringi, sehingga saya harus menulis. Tugas, bisa jadi itu kalau kaitannya di sekolah. Kewajiban, semua tidak bisa dipaksakan untuk mengikuti aturan. Emosional, ya itu jawaban yang saya rasa ada benar. Emosional, hasrat, nafsu, birahi ad...

Bagaimana Kalau Aku Mencintaimu?

Bukan sesuatu yang baru untuk belajar mencintai seseorang, termasuk kamu. Ajaran tentang cinta telah aku peroleh sejak dalam kandungan. Ayah senantiasa menyentuhku lembut melalui perut Ibu. Ibu menjagaku--selalu berhati-hati dalam segala hal. Kelelahan, Ayah akan memarahi Ibu apabila kelelahan karena akan berdampak pada kesehatan fisiknya. Ayah pula, akan dengan senang hati menggantikan beberapa pekerjaan rumah tangga. Mulanya, Ibu mengelak bisa mengerjakan itu. Namun, Ayah hanya bisa mengiyakan, tanpa berhenti melakukannya. Itu cinta, perhatian, dan kasih sayang. Aku dibesarkan oleh cinta dan kasih sayang kedua orang tua. Aku tahu, keluarga ini tidak sebaik keluarga lainnya. Namun, aku bersyukur, kesederhanaan mengajarkanku tentang keberartian. Mencintai adalah suatu keberartian dalam hidup. Bagaimana kalau aku mencintaimu? Mencintaimu, itu nafsu atau anugerah. Aku tidak tahu. Semua bermula dari kebiasaan hingga timbul rasa nyaman. Seseorang pernha berkata padaku untuk berhat...

Tentang Apa?

Tanpa kita sadari: Kita seringkali membuat janji, tetapi menghianati sendiri. Kita seringkali membuat kesepakatan, tetapi mengingkari sendiri. Kita seringkali membuat komunikasi dengan seseorang, tetapi melupakan sendiri. Kita seringkali membuat orang sedih, tetapi sesungguhnya sedang menertawai sendiri. Kita telah lupa: Bagaimana seseorang berusaha menunggu suatu keputusan. Bagaimana seseorang mencoba memahami perbedaan. Bagaimana seseorang mengolah informasi menjadi suatu kebenaran. Bagaimana seseorang mengkorelasi hal-hal yang ada dirinya dan orang lain sebagai pengalaman. Bagaimana seseorang mensinergiskan inderanya, menciptakan kepekaan atas sebuah perasaan. Apakah kita benar-benar lupa tanpa sadar tentang itu?

Kopi

Pagi itu, sebuah cangkir tembus pandang mengisi meja dapur. Di sisinya terdapat teko berisikan gula pasir dan bubuk kopi hitam. Adegan membuat kopi akan dimulai.  Bubuknya yang hitam menyembul ke atas begitu dituangkan air panas. Bubuk itu menimbulkan gelombang kecil. Beruntung tidak tumpah. Si pembuat sudah terlalu lihai dalam hal membuat kopi. Kopi sudah tersaji di meja makan. Nampak cantik begitu diberi piring kecil tembus padang pula. Namun, tak jarang peminum memanfaatkannya, berbeda dengan beberapa orang yang aku ketahui. Begitu kopi datang, mereka sibuk dengan menciptakan kerusuhan kecil. Rupanya, mereka mengaduk kopi. Pikirku, apakah itu seni meneguk kopi di warung? Usainya, kopi dituang pada piring kecil. Tentang penikmat, sekaligus pecandu kopi, mereka memiliki gaya tersendiri dalam meneguk kopi. Bapak pernah bercerita, ada seorang teman yang minum kopi dengan meminta dituangkan oleh pembuatnya. Ada lagi yang unik, dan mungkin ini esensinya, minum kopi den...

Eksistensi Cinta dan Filosofi Kesetiaan

  Pelangi melingkar di langit Aceh. Keindahannya terbit usai hujan badai. 29 tahun kota ini dirundung duka . Hari Mulai Terang adalah novel sejarah konflik Aceh pada musim politik Soeharto. Novel ini berbeda dengan novel-novel Arafat sebelumnya. Kali ini, pengarang tidak lagi bercerita tentang kepedihan dan kepiluan rakyat Aceh.  Di puncak tahun perdamaian, kegiatan perekonomian dan perkumpulan sosial perlahan membaik . Budaya salat tarawih dan tadarus kembali meramaikan bulan Ramadhan. Berbeda pada tahun-tahun pembantaian seperti di novel Lolong Anjing di Bulan , tidak ada kegiatan so s ial keagamaan . Malah-malah satu hari sebelum Ramadhan, tentara mengumpulkan rakyat di depan masjid. Mereka disiksa di bawah terik musim kemarau. A da di antara mereka daun telinga nya dipotong. Para perempuan disuruh berjongkok hingga terkencing-kencing.  Arafat Nur adalah penulis sejarah Aceh dari berbagai sudut pandang penceritaan. Kelihaiannya mendetailkan ...

Resensi Buku: Ekspresi Arafat Memotret Konflik Aceh

Bayang Suram Pelangi merupakan novel sejarah berlatar cerita Aceh. Bergaya cerita detail, luwes, dan kronologis mengungkap keadaan sosial pada masa pemerintahan Soeharto, yang kemudian dilanjutkan presiden wanita satu-satunya, Megawati Soekarnoputri.  Dialog dan narasinya yang detail menggambarkan peristiwa dan suasana di tahun-tahun pembantaian. Sekitar 29 tahun, kota itu dirundung pilu, hingga terjadi kesepakatan damai antara kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pemerintah Indonesia.  Bayang Suram Pelangi , novel sejarah beraroma tragikomedi, dapat dijadikan buku pengetahuan, sekaligus hiburan. Pembaca akan dihadapkan pada momen tertawa kecil hingga sakit perut. Tidak seperti novel-novel sebelumnya.  Kali ini peraih juara DKJ 2016 ini, t idak banyak menyuguhkan adegan-adegan mengerikan . Itu, tergambar pada novel Percikan Darah di Bunga (Basabasi, 2017), Lolong Ajing di Bulan (2019), Lampuki (Gramedia, 2019), Tanah Surga Merah (Gramedia, 2019)...

Pikiran yang Memengaruhi Emosi

Ciptakan langkah terbaikmu mulai hari Senin, hingga berjumpa di hari Senin lagi. Selamat hari Senin bagi kalian yang melaksanakan upacara bendera, sebelum wabah ini dimulai. Selamat pula, untuk kita yang tidak lagi merayakan momen semacam itu. Kangen? Pernah sekali waktu mampir. Seorang teman pagi-pagi curhat kepadaku. Tanpa kusebut namanya untuk menghormatinya, dia mengetuk embun. Membuka tirai basah karena matahari Senin belum muncul. Tepatnya pukul 04.30 WIB dia datang. Melepas sandal dengan terburu-buru, kemudian mengganggu mimpiku yang bisa dibilang cukup menyenangkan. Hmm, dia mau curhat.  Hatinya bergemuruh, barangkali dia tengah bersedih. Dugaanku benar. Tubuhnya layu di pinggir keranjang kamar. Berkali-kali meremas-remas tangannya sendiri. Kupinta dia untuk tarik napas hingga merasa rileks dan lebih rileks dari sebelumnya. Dia melakukan i tu hingga lima kali. Oke. Setelah tarikan kelima , dia mulai membuka pintu kemuramannya. “Aku sudah menikah ...