Langsung ke konten utama

Bagaimana Kalau Aku Mencintaimu?

Bukan sesuatu yang baru untuk belajar mencintai seseorang, termasuk kamu. Ajaran tentang cinta telah aku peroleh sejak dalam kandungan. Ayah senantiasa menyentuhku lembut melalui perut Ibu. Ibu menjagaku--selalu berhati-hati dalam segala hal. Kelelahan, Ayah akan memarahi Ibu apabila kelelahan karena akan berdampak pada kesehatan fisiknya.

Ayah pula, akan dengan senang hati menggantikan beberapa pekerjaan rumah tangga. Mulanya, Ibu mengelak bisa mengerjakan itu. Namun, Ayah hanya bisa mengiyakan, tanpa berhenti melakukannya. Itu cinta, perhatian, dan kasih sayang.

Aku dibesarkan oleh cinta dan kasih sayang kedua orang tua. Aku tahu, keluarga ini tidak sebaik keluarga lainnya. Namun, aku bersyukur, kesederhanaan mengajarkanku tentang keberartian.
Mencintai adalah suatu keberartian dalam hidup.

Bagaimana kalau aku mencintaimu?
Mencintaimu, itu nafsu atau anugerah. Aku tidak tahu. Semua bermula dari kebiasaan hingga timbul rasa nyaman. Seseorang pernha berkata padaku untuk berhati-hati menghadapi seseorang. Baik sejenis maupun lawan jenis. Ketika kamu sudah nyaman dengannya, dia akan meracuni akalmu. Itu jika dia berniat negatif padamu. Sebaliknya, ketika kamu sudah nyaman dengannya, dia akan mendorongmu menuju suatu impian atas dasar tujuan hidup. Itu, kau harus syukuri.

Beranjak remaja dan kini dewasa, ketertarikan lawan jenis tidak ada pelajaran dalam sekolah, keluarga, dan masyarakat. Itu tumbuh dengan sendirinya karena dipengaruhi oleh hormon yang ada dalam tubuh kita. Sebagaimana seorang gadis yang mengalami menstruasi. Kemudian, seorang laki-laki yang mimpi basah.

Mencintai bukanlah sebuah perasaan yang salah. Kita memiliki hak untuk mencintai sesuatu. Bisa manusia, hewan, tumbuhan, alam, benda mati, dan semuanya.

Pertanyaannya, kapan perasaan itu muncul? Zuck Rubin, seorang ilmuwan dan psikolog dunia mengungkapkan, cinta hakikatnya sebentuk emosional manusia yang eksistensinya tidak dapat dibuat pengertian melalui bahasa. Cinta bisa berwujud simbol, seperti tindakan dan tingkah laku.

Dalam dunia psikologi, perasaan cinta menurut Rubin terbentuk atas dasar tiga perasaan, yaitu perhatian, kasih sayang, dan keintiman.

Lalu, bagaimana kalau aku mencintaimu, karena perhatian, atau kasih sayang, atau keintiman?


###

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengirim Karya di Koran Radar Madiun Grup Jawa Pos

Halo sahabat menulis. Sudahkah hari ini kalian menulis? Kalau boleh tahu, apa karya terakhir kamu? Ada kabar menarik lo, di koran Radar Madiun grub Jawa Pos terdapat kolom Litera yang memuat karya-karya beraroma sastra. Seperti cerpen, puisi, esai sastra.  Sebenarnya, kolom ini sudah lama ya, sekitar di tahun 2019 akhir. Bagi sahabat memiliki karya, boleh banget dikirim saja di kolom ini.  Aku sudah tiga empat kali muat di sana. Pertama, karya yang termuat adalah puisi tentang kemarau. Kemudian, tulisan kedua berupa cerpen. Cerpen tersebut berjudul Pertanyaan Kalila, dimuat edisi 19 Januari 2020. Ini adalah cerpen saya, bisa langsung intip di blog ya, https://mbak-suci.blogspot.com/2020/01/cerpen-pertanyaan-kalila.html. Ketiga, sebuah esai menarik atas refleksi dari pembacaan novel-novel Arafat Nur. Esai sastra itu berjudul Novel, Kritik Sosial, dan Tragedi Kemanusiaan. Tulisan termuat pada 2 Februari 2020. Kalau sahabat penasaran, bisa intip tulisan di link ini ya, https://mb...

Sinopsis Novel Lampuki Karya Arafat Nur

  Pertemuan dua bukit itu menyerupai tubuh manusia terlentang dengan kedua sisi kakinya merenggang, terkuak serupa selangkang perempuan, sebab di seluk situ tak ada gumpalan melainkan lubang. Persis di selangkangan bukit itulah rumah-rumah beton mungil bercat kapur menumpuk, saling berdesakan, terkesan seperti sedang berlomba-lomba hendak memasuki liangnya.   Begitu sepenggal paragraf pembuka novel Lampuki karya Arafat Nur. Penggalan paragraf di atas mengilustrasikan kampung Lampuki yang menjadi latar tempat dalam novel tersebut. Novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2011 ini, menyuguhkan cerita yang menarik, pedih, dan berani; mengungkit Aceh sebagai luka yang belum sepenuhnya selesai. Dengan gaya penceritaan satire yang cerdas, membincangkan luka negeri sambil tertawa.    Lampuki dikisahkan dalam sudut pandang orang pertama serba tahu melalui tokoh bernama Muhammad Yusuf. Ia adalah seorang teungku di kampung Lampuki. Sebuah kampung di kawasan kaki bukit de...

Setiap Bepergian, Pulang Bawa Tulisan Jurnalistik

Impian Suci Ayu Latifah menjadi wartawan tidak bisa ditawar. Kemampuan menulis terus diasah demi profesi idamannya sejak SMA itu. Salah satunya menjadi citizen reporter.  Senyum Suci Ayu Latifah mengembang kala diminta naik ke atas panggung. Tepuk tangan lantas mengiringi langkah kaki wisudawati jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo 2018/2019 itu yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,88. Nilai itu membuatnya menjadi lulusan terbaik. ‘’Setelah lulus ini, saya ingin jadi reporter,’’ katanya. Wartawan adalah profesi idaman Suci sejak SMA. Bermula dari hobinya mengisi  majalah dinding (mading) dengan karya tulis. Ternyata, karya tersebut diapresiasi teman dan guru-gurunya. Lulus SMA, Suci mengenal Sutejo, pakar literasi Kemendikbud. Ujung pertemuan itu tidak sekadar mengubah pandangan terhadap wartawan. Warga Desa Pangkal, Sawoo, itu juga menjadi anak asuh akademisi yang merupakan ketua STKIP Ponorogo tersebut. ‘’Jadi, awaln...