Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Desa Kehilangan Identitas Damai

Judul buku: Aib dan Nasib Penulis: Minanto Tahun terbit: Pertama, Juli 2020 Penerbit: CV Marjin Kiri Tebal buku: i-vi, 263 halaman ISBN: 978-602-0788-00-5   Keberhasilan Minanto menjadi pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2019 adalah bukti betapa hal-hal yang bersinggungan dengan konflik masyarakat rural (pedesaan) menarik untuk diperbincangkan. Rentetan konflik seakan-akan enggan menepi dari daratan kemiskinan. Melalui novel kali ini, Minanto secara totalitas menyajikan potret k o nflik pedesaan di tanahnya, Indramayu. Sepakat dengan sastrawan George Bernard Shaw, sastra novel tidak jauh dari kehidupan pengarang itu sendiri. Dengan diterbitkannya buku yang lahir dari perandungan novelis, novel ini sesungguhnya representasi masya ra kat kita. Di balik konflik pedesaan, sekaligus kehidupan yang didominasi peran laki-laki, ada panorama kegagapan teknologi berupa telepon genggam. Minanto menggambarkan tokoh-tokoh pemuda bergantian menggunakan telepon untuk sekadar ber...

Derit Jerit Tentang Indonesia

  Barangkali, nasib Arafat Nur serupa dengan Seno Gumira Ajidarma, dan sastrawan lainnya. Sastra dijadikan peraduan suara hati mengungkap kebenara n . K eduanya , melepas jaring kebusukan yang membombardir pikiran. K arya-karya Arafat—baik novel maupun cerpen dapat dikatakan sebagai sebuah kritik pedas terhadap kekuasaan. Arafat memotret kekuasaan, menelanjangi persoalan duniawi. Arafat pula, merepresentasikan budak-budak tanah air dengan sejumlah ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan. Perasaan itu berkecambuk, tiada siang maupun malam. Bayangkan, dalam penceritaan yang detail, kronologis, dan ekspresif kita digiring melalangbuana melihat dan merasakan konflik antara pemerintah d an kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tahun 1976 - 2005. 29 tahun, bukanlah waktu yang singkat melukis luka di tanah air. Seolah-olah di belahan bumi Aceh tampak kemengaliran darah daripada korban-korban kebisingan. K onflik di tahun-tahun pembantaian (sebut Arafat) banyak menyita prihatin publ...

Sinopsis Novel Bayang Suram Pelangi Karya Arafat Nur

  Bayang Suram Pelangi merupakan satu dari beberapa novel Arafat Nur yang bercerita tentang tragedi kemanusiaan di Aceh pada tahun 1976-2005. Melalui novel ini, Arafat bercerita suatu konflik sosial GAM dengan tentara Indonesia. Bayang Suram Pelangi mengambil secuil dari sejarah Aceh pada tahun 2003 di kampung Meurawoe dan sekitarnya. Novel dimulai pada pekan ketiga bulan Januari 2003, tentara Indonesia mendirikan pos di sekitar Pasar Pariabek. Tak lama dari kedatanganya, mereka berbaris untuk mempersiapkan diri keliling kampung. Saidul merupakan tokoh episentrum dalam Bayang Suram Pelangi . Ia berkesempatan menjadi tokoh penggerak cerita. Ia dengan leluasa bercerita tentang suatu kondisi sosial yang teramati, terasakan, dan teralami olehnya. Terlebih, setelah salah satu keluarganya merupakan bagian dari kelompok pemberontak Aceh (Sani). Saidul pula, termasuk tokoh kritis. Dorongan mengkritisi sesuatu sering kali menyapa. Ia tidak habis pikir mengapa realitas sosial tidak sama d...

Surat untuk Mas Fendik (22) Tentang Air Mata

Dear Mas Fendik,   Bagaimana kabarmu? Semoga kabar baik di awal November yang akan dibuka dengan kembalinya masuk ruang kerja. Semoga, setelah libur dan cuti bersama ini semangat untuk memberikan terbaik bagi diri sendiri, orang lain, dan negara berkibar-kibar. Tentu, semangat atas hidup harus kita ciptakan sendiri. Kita tidak bisa menunggu suasana ataupun kondisi yang baik. Ragam persoalan seolah tiada henti. Termasuk persoalan pikiran. Rumitnya pikiran kita, sering sekali membuat kondisi semakin keruh. Aku merasakan di berbagai belahan dunia tak lekang oleh masalah. Baru-baru ini, terlepas korona, publik diramaikan dengan boikot produk Perancis. Dalihnya kebebasan ekspresif. Memang ada kebebasan ekspresif, namun lucunya bebas kok ada batasan. Mestinya, bukan kebebasan namanya. Entah apa supaya tidak membuat pembaca salah paham. Bagi orang awan tentu yang namanya bebas, ya bebas. Tidak ada batasan. Hehehe, bagi orang awan. Mereka saja yang berpendidikan nyatanya juga salah pah...

Jalaran

"Kalau ada orang datang, dan meminta, berilah yang kamu punya. Jangan sesekali membiarkan orang itu pergi dengan sia-sia." Itulah ajaran kebaikan keluarga yang selalu dan selalu Bapak ingatkan. Berkurang karena untuk menolong mengingatkan apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan. Semua akan kembali dan hilang dengan cara masing-masing.  Seorang teman, tadi pagi memberikan uangnya kepada orang tidak dikenal. Cerita itu bermula ketika ia membuang sampah, tiba-tiba datang sepasang suami-istri. Keduanya jalan kaki dengan langkah gontai karena kaki suaminya cacat. Sang Istri kemudian mengeluarkan uang lima ribu.  Ia bercerita kehabisan uang. Ia butuh uang untuk pulang ke sebuah desa X. Ia bercerita tentang perjalanannya dari sebuah desa X, naik turun angkot, dan kini kehabisan uang.  Rasa prihatin menjalar pada jiwa temanku. Tangannya terdorong mengambil uang di sakunya. Sesaat, uang itu berada pada kantong lain. "Tidak papa," komentarku setelah mendengar ceri...

Doa

Hai Mas Fendik... Dalam pesona doa Tuhan, kukirimkan kesejahteraan hati untukmu. Suatu energi positif sebagai pengekal kehidupan. Ingin aku tahu indahnya hidup yang abadi, namun untuk tidak saat ini. Ada banyak rencana dalam hidupku, dan harapan besarku, 50% atau lebih-lebihnya 60% terwujudkan. Dan, ketika hadirku menghadapmu, kubawa semua cerita atas proses menuju impian. Andai, ada keajaiban aku ingin tentu, impian ini teriring olehmu. 

Surat untuk Mas Fendik (21)

Hai Mas Fendik, apakah kelak Indonesia membutuhkanku? Ketahuilah, untuk saat ini aku merasa Indonesia tidak membutuhkan orang yang pandai, melainkan orang-orang yang cerdas. Menjadi Indonesia maju, tidak cukup unggul dalam pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan. Indonesia maju butuh kerja keras yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan. Karenanya, Indonesia butuh skill anak bangsa, yang tidak takut mencoba hal baru. Thomas Alva Edison, bukanlah sosok yang pandai. Justru ia disebut gurunya sebagai siswa yang bodoh. Nilainya tidak pernah memuaskan. Namun, siapa yang sangka keberaniannya mencoba membuat kita tahu akan lampu, telepon, dan temuan-temuan lain darinya. Kita penting belajar dari semangat kegagalannya bereksperimen. Barangkali, apabila Thomas menyerah dipercobaan ke-999, dunia tidak akan mengenal lampu. Begitupula dengan Einstein, tampak serupa dengan Thomas. Einstein bukanlah orang yang pandai dalam intelektual. Tapi, ia cukup gigih berpikir untuk menciptakan sesuatu. Aku r...

Perspektif Seribu Mata Tentang Manusia

Tentang manusia dilihat atas dasar sudut pandang tertentu: homo ludens, manusia makhluk bermain; homo economicus, manusia makhluk ekonomi; homo sociologicus, manusia makhluk yang hidupnya secara niscaya melekat pada faktisitas masyarakat; homo educationis, manusia makhluk yang bisa dididik; homo historis, manusia makhluk sejarah;  

Surat untuk Mas Fendik (20)

Perjumpaan denganmu, laksana embun--terbatas waktu. Di balik tirai love yang baru saja kubeli di sebuah toko, kuintip kenangan itu. Aku menikmati pelan derum hujan musim hujan. Bau tanah merebak, memenuhi ruangan. Aku berusaha menguasai diriku untuk tidak terjebak pada masa, ketika kita ... Hai Mas Fendik, kukabarkan padamu, musim hujan datang begitu lambat. Sekarang berada di  pertengahan bulan Oktober. Mestinya ia hadir di bulan September-Oktober awal. Tampaknya, cuaca memang telah berubah Mas. Sebagaimana aku, harus bangun awal untuk sekadar menghirup aroma embun.Itu yang bisa kulakukan untuk mengingatmu. Perubahan cuaca mendatangkan embun lebih singkat. Kalau kau tanya, tidak cukup untuk aku menyelesaikan cerita tentang kepingan-kepingan kenangan kita. Akan ada kerumpangan setiap latar peristiwa dan suasana yang kutulis. Tentu, bagaimana pun kenangan itu terjadi maunya utuh dengan sederet cerita dalam bayang. Oh, Mas Fendik ajariku tentang kerelaan dan keikhlasan. Jalan mulai ...

Surat untuk Mas Fendik (18)

Hai Mas Fendik. Ketahuilah tidak mudah bagi ia yang pernah sakit hati untuk membuka hati kembali. Ia tahu rasanya sakit--disakiti. Betapa ia menanggung beban itu sendiri, dan kemudian dari beberapa mereka menyakiti dirinya. Bukan suatu yang mudah, bagi kita membuka hati untuk siap menerima rasa sakit itu. Banyak orang yang memilih menutup, sangat menutup untuk tidak kembali menikmati jurang yang menciptakan duka. Apakah kau tahu, orang yang miliki mata jiwa, benar seolah-olah purna sesaat. Aku dapat melihat dan merasakan orang-orang yang sakit hati itu. Aku pernah merasakan, berada pada posisi itu, dan keputusasaan yang terjadi adalah mengurung di kamar atau tidak makan atau diam saja, dan entah itu cara orang sakit hati menambah rasa sakit pada dirinya. Namun, beda, sakit hati sejatinya yang sakit ada pada jiwanya. Sedangkan, sakit itu sejatinya yang sakit ada pada raganya. Sakit raga, mudah diobati. Tinggal disuntik, diberi obat, istirahat cukup, lalu akan sembuh. Beda dengan sakit j...

Cinta Sternberg

Cinta versi Kahlil Gibran (dalam Widianti, 2006:58), keindahan sejati yang terletak pada keserasian spiritual. Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia ini karena begitu tinggi mengangkat jiwa ketika hukum-hukum kemanusiaan dan kenyataan alam tidak mampu menemukan jejaknya. Membincangkan tentang cinta, kita kenal konsep segitiga cinta ala Sternberg, tokoh psikologi mengungkapkan cinta terbagi menjadi tiga komponen, yaitu intimacy (keintiman), passion (gairah), dan (komitmen). Ketigaanya ditinjau dari adatidaknya muncul 8 jenis cinta, yaitu non-love, liking, infatuation, empty love, romantic love, companionate love, fateous love, dan consumate love (Widianti, 2006:60-64). Non-love (tidak ada cinta) Hubungan antara dua individu berbeda jenis kelamin tanpa disertai unsur intimasi, hawa nasfsu biologis, ataupun komitmen. Hubungan ini jatuhnya pada bentuk kepedulian ataupun perhatian yang mendalam. Liking Hubungan dua individu saling kenal, tetapi cuma sebatas sahabat dan saling pe...

Lantas

meski kubukan yang pertama di hatimu tapi cintaku terbaik untukmu.   Casandra dengan salah satu lagunya Cinta Terbaik, selalu aku putar. Ini adalah caraku menikmati romansa kasihmu, Mas. Sekalipun tidak bisa memilikimu, tapi hati ini berasa memilikimu. Mestinya ini imbal-balik, namun aku tidak mengharapkan itu terjadi. Mengagumi dari jauh, setidaknya cara untuk tetap dekat denganmu. Ini caraku mencintaimu dengan gaya lain. Entah ada energi apa di balik lagu itu. Jelasnya, aku akan semangat begitu lagu itu terputar. Meski itu lagu bercerita tentang kesedihan.

Surat untuk Mas Fendik (17)

Hai Mas Fendik, sebagai seorang penulis ada banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus aku kerjakan. Salah satunya adalah membaca. Mas, aku  menulis sudah sejak lama. Namun, ada suatu saat aku tidak bisa menulis. Satu kalimat pun terkadang enggan tercipta. Mooding telah kujaga, sebagaimana menjaga konsistensi dan istiqomah dalam menulis. Membaca, aku selalu menyempatkan membaca walau hanya satu artikel. Rasa-rasanya, faktor ekstenal dirimu yang aku butuhkan. Setidaknya, kamu menemani aku menulis. Turut membaca-baca tulisanku, lalu memberi masukan. Aku rindu momen semacam ini Mas.  Malam ini, aku melanjutkan membaca sebuah buku Inna Ma'al 'Usri Yusran:Bersama Kesulitan Ada Banyak Kemudahan karya Muhammad Abdul Athi Buhairi. Buku setebal 669 halaman ini pernah kukadokan untuk Bapak. Aku tahu bacaan apa yang Bapak suka, sehingga aku membelikan buku ini untuknya. Buku ini belum selesai aku baca. Ada banyak hal yang perlu dipahami dengan pemaknaan secara totalitas. Sebab, buku itu buk...

Cara Mengirim Karya di Koran Radar Madiun Grup Jawa Pos

Halo sahabat menulis. Sudahkah hari ini kalian menulis? Kalau boleh tahu, apa karya terakhir kamu? Ada kabar menarik lo, di koran Radar Madiun grub Jawa Pos terdapat kolom Litera yang memuat karya-karya beraroma sastra. Seperti cerpen, puisi, esai sastra.  Sebenarnya, kolom ini sudah lama ya, sekitar di tahun 2019 akhir. Bagi sahabat memiliki karya, boleh banget dikirim saja di kolom ini.  Aku sudah tiga empat kali muat di sana. Pertama, karya yang termuat adalah puisi tentang kemarau. Kemudian, tulisan kedua berupa cerpen. Cerpen tersebut berjudul Pertanyaan Kalila, dimuat edisi 19 Januari 2020. Ini adalah cerpen saya, bisa langsung intip di blog ya, https://mbak-suci.blogspot.com/2020/01/cerpen-pertanyaan-kalila.html. Ketiga, sebuah esai menarik atas refleksi dari pembacaan novel-novel Arafat Nur. Esai sastra itu berjudul Novel, Kritik Sosial, dan Tragedi Kemanusiaan. Tulisan termuat pada 2 Februari 2020. Kalau sahabat penasaran, bisa intip tulisan di link ini ya, https://mb...