Cinta versi Kahlil Gibran (dalam Widianti, 2006:58), keindahan sejati yang terletak pada keserasian spiritual. Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia ini karena begitu tinggi mengangkat jiwa ketika hukum-hukum kemanusiaan dan kenyataan alam tidak mampu menemukan jejaknya.
Membincangkan tentang cinta, kita kenal konsep segitiga cinta
ala Sternberg, tokoh psikologi mengungkapkan cinta terbagi menjadi tiga
komponen, yaitu intimacy (keintiman), passion (gairah), dan (komitmen).
Ketigaanya ditinjau dari adatidaknya muncul 8 jenis cinta, yaitu non-love,
liking, infatuation, empty love, romantic love, companionate love, fateous
love, dan consumate love (Widianti, 2006:60-64).
Non-love (tidak ada cinta)
Hubungan antara dua individu berbeda jenis kelamin tanpa
disertai unsur intimasi, hawa nasfsu biologis, ataupun komitmen. Hubungan ini
jatuhnya pada bentuk kepedulian ataupun perhatian yang mendalam.
Liking
Hubungan dua individu saling kenal, tetapi cuma sebatas
sahabat dan saling peduli. Akan tetapi, tidak membicarakan jenjang pernikahan.
Infatuation
Hubungan terjadi dua individu berbeda jenis kelamin yang
didasari oleh nafsu biologis tanpa adanya keakraban ataupun komitmen.
Empty Love
Hubungan tanpa komitmen, tetapi juga tidak ada unsur pasion
atau intimasi. Kedua individu mempertahankan hubungan dengan komitmennya,
tetapi tidak ada kemauan melakukan hubungan seksual. Biasanya terjadi pada
hubungan jarak jauh.
Romantic Love
Hubungan cinta atas dasar intimasi dan nafsu seksual, tetapi
tidak berkomitmen ke jenjang pernikahan.
Companionate Love
Hubungan jangka panjang yang tidak melibatkan unsur seksual,
termasuk persahabatan (suami-istri).
Feteous Love
Hubungan dengan komitmen tertentu.
Consumate Love
Hubungan cinta yang ideal karena ketiganya sama-sama ada dan
tegar menghadapi berbagai penderitaan, cobaan, maupun rintangan.
Sumber: Widianti, Dian. 2006. Ensiklopedi Cinta. Bandung: DAR! Mizan.
Komentar
Posting Komentar