Hai Mas Fendik, sebagai seorang penulis ada banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus aku kerjakan. Salah satunya adalah membaca.
Mas, aku menulis sudah sejak lama. Namun, ada suatu saat aku tidak bisa menulis. Satu kalimat pun terkadang enggan tercipta. Mooding telah kujaga, sebagaimana menjaga konsistensi dan istiqomah dalam menulis. Membaca, aku selalu menyempatkan membaca walau hanya satu artikel.
Rasa-rasanya, faktor ekstenal dirimu yang aku butuhkan. Setidaknya, kamu menemani aku menulis. Turut membaca-baca tulisanku, lalu memberi masukan. Aku rindu momen semacam ini Mas.
Malam ini, aku melanjutkan membaca sebuah buku Inna Ma'al 'Usri Yusran:Bersama Kesulitan Ada Banyak Kemudahan karya Muhammad Abdul Athi Buhairi. Buku setebal 669 halaman ini pernah kukadokan untuk Bapak. Aku tahu bacaan apa yang Bapak suka, sehingga aku membelikan buku ini untuknya.
Buku ini belum selesai aku baca. Ada banyak hal yang perlu dipahami dengan pemaknaan secara totalitas. Sebab, buku itu bukan lagi menulis sekadar menyampaikan suatu keilmuan. Lebih memesona, buku ini bercerita tentang makna kehidupan. Aku dapat merasakan betapa penulis, menyusun buku ini dengan perasaan bergetar.
Allah berkeliaran di setiap bab buku. Aku menemukan suatu kehidupan yang sangat damai di sana. Aku membayangkan romansa kasih Allah menyapa kalbu. Allah menyingkap kesedihan dengan senyuman, memberi petunjuk saat dilanda kebingungan. Allah memberi kekuatan bagi kita yang lemah. Allah, setiap apa yang diusahakan manusia Allah pasti membalasnya dengan kebaikan. Azab datang karena ia memilih jauh dari Allah sementara nikmat datang karena karunia Allah. Yang Mahamulia dan Luas kasih sayang-Nya. Karenanya Mas, tolong kenalkan padaku tentang Allah supaya aku lebih dekat dengan-Nya.
Dalam buku itu aku menemukan kesediaan-Nya menunggu kita mengetuk pintunya. Pintu-pintu itu selalu terbuka untuk kembali. Aku amat takut ketika pergi dan mendapati pintu-pintu-Nya dengan kondisi terkunci. Bagaimana aku akan masuk, aku yang takut dan lemah?
Aku tahu, Allah tempat kembali. Surah Al-Ra'd ayat 28 mengungkap, ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.
Siapa yang tidak ingin dicintai Allah, Mas? Pastinya semua makhluk: hewan, tumbuhan, makhluk halus ingin dicintai-Nya. Memilikinya secara utuh seperti cinta mereka--para orang sufi yang telah berkeyakinan 100% menasbihkan dirinya hanya kepada-Nya.
Buku itu menuliskan zikir menghidupkan hati yang mati. Aku percaya itu. Untuk menciptakan hati yang tentram dan tenang, agama menyarankan untuk senantiasa berzikir. Zikir adalah penawar bagi para pendosa, pelembut hati-hati yang keras, harta karun orang-orang yang bertawakal dan vitaminnya orang-orang yang yakin dan percaya (Buhairi, 2013:49).
Berzikir, tentang zikir aku senantiasa menitipkan itu di setiap salat fardu. Pada saat itu, aku memejamkan mata, merasakan sedang menghadap Allah dengan keadaan sangat rendah dan lemah. Aku hendak menunjukkan kelemahan diri tanpa kekuatan hati dari-Nya. Aku ingin memeluk kasih sayang secara utuh, lewat rasa ini.
Karenanya Mas, tuntun aku dengan kebesaran hatimu mengenal-Nya lebih dekat. Supaya tiada ragu lagi, tiada gelisah dan ketakutan lagi. Terlebih, supaya diri dapat percaya bahwa pada setiap kesulitan akan tiba kemudahan di suatu ketika. Benarkan, Allah tidak akan menguji umatnya di luar batas-Nya?
Untuk kesedianmu, kutunggu. Sampai benar-benar tombol hatimu tergerak untuk itu. Mas Fendik, salam untukmu dari sini--kalbuku.
Komentar
Posting Komentar