Hai Mas Fendik.
Ketahuilah tidak mudah bagi ia yang pernah sakit hati untuk membuka hati kembali. Ia tahu rasanya sakit--disakiti. Betapa ia menanggung beban itu sendiri, dan kemudian dari beberapa mereka menyakiti dirinya. Bukan suatu yang mudah, bagi kita membuka hati untuk siap menerima rasa sakit itu. Banyak orang yang memilih menutup, sangat menutup untuk tidak kembali menikmati jurang yang menciptakan duka.
Apakah kau tahu, orang yang miliki mata jiwa, benar seolah-olah purna sesaat. Aku dapat melihat dan merasakan orang-orang yang sakit hati itu. Aku pernah merasakan, berada pada posisi itu, dan keputusasaan yang terjadi adalah mengurung di kamar atau tidak makan atau diam saja, dan entah itu cara orang sakit hati menambah rasa sakit pada dirinya.
Namun, beda, sakit hati sejatinya yang sakit ada pada jiwanya. Sedangkan, sakit itu sejatinya yang sakit ada pada raganya.
Sakit raga, mudah diobati. Tinggal disuntik, diberi obat, istirahat cukup, lalu akan sembuh. Beda dengan sakit jiwa obatnya ya harus jiwa. Maksudnya, orang sakit jiwa karena cinta, obatnya hanya satu, ya cinta itu sendiri.
Hai Mas Fendik, dan kau kini tahu. Selepas kepergianmu yang benar-benar, diri ini sakit. Tentu, ketika kau membaca tulisan ini, kau akan tahu apa obatnya.
Bertanyaku padamu, jawabmu pintaku, meminta aku.
Komentar
Posting Komentar