Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Jalaran

"Kalau ada orang datang, dan meminta, berilah yang kamu punya. Jangan sesekali membiarkan orang itu pergi dengan sia-sia." Itulah ajaran kebaikan keluarga yang selalu dan selalu Bapak ingatkan. Berkurang karena untuk menolong mengingatkan apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan. Semua akan kembali dan hilang dengan cara masing-masing.  Seorang teman, tadi pagi memberikan uangnya kepada orang tidak dikenal. Cerita itu bermula ketika ia membuang sampah, tiba-tiba datang sepasang suami-istri. Keduanya jalan kaki dengan langkah gontai karena kaki suaminya cacat. Sang Istri kemudian mengeluarkan uang lima ribu.  Ia bercerita kehabisan uang. Ia butuh uang untuk pulang ke sebuah desa X. Ia bercerita tentang perjalanannya dari sebuah desa X, naik turun angkot, dan kini kehabisan uang.  Rasa prihatin menjalar pada jiwa temanku. Tangannya terdorong mengambil uang di sakunya. Sesaat, uang itu berada pada kantong lain. "Tidak papa," komentarku setelah mendengar ceri...

Doa

Hai Mas Fendik... Dalam pesona doa Tuhan, kukirimkan kesejahteraan hati untukmu. Suatu energi positif sebagai pengekal kehidupan. Ingin aku tahu indahnya hidup yang abadi, namun untuk tidak saat ini. Ada banyak rencana dalam hidupku, dan harapan besarku, 50% atau lebih-lebihnya 60% terwujudkan. Dan, ketika hadirku menghadapmu, kubawa semua cerita atas proses menuju impian. Andai, ada keajaiban aku ingin tentu, impian ini teriring olehmu. 

Surat untuk Mas Fendik (21)

Hai Mas Fendik, apakah kelak Indonesia membutuhkanku? Ketahuilah, untuk saat ini aku merasa Indonesia tidak membutuhkan orang yang pandai, melainkan orang-orang yang cerdas. Menjadi Indonesia maju, tidak cukup unggul dalam pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan. Indonesia maju butuh kerja keras yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan. Karenanya, Indonesia butuh skill anak bangsa, yang tidak takut mencoba hal baru. Thomas Alva Edison, bukanlah sosok yang pandai. Justru ia disebut gurunya sebagai siswa yang bodoh. Nilainya tidak pernah memuaskan. Namun, siapa yang sangka keberaniannya mencoba membuat kita tahu akan lampu, telepon, dan temuan-temuan lain darinya. Kita penting belajar dari semangat kegagalannya bereksperimen. Barangkali, apabila Thomas menyerah dipercobaan ke-999, dunia tidak akan mengenal lampu. Begitupula dengan Einstein, tampak serupa dengan Thomas. Einstein bukanlah orang yang pandai dalam intelektual. Tapi, ia cukup gigih berpikir untuk menciptakan sesuatu. Aku r...

Perspektif Seribu Mata Tentang Manusia

Tentang manusia dilihat atas dasar sudut pandang tertentu: homo ludens, manusia makhluk bermain; homo economicus, manusia makhluk ekonomi; homo sociologicus, manusia makhluk yang hidupnya secara niscaya melekat pada faktisitas masyarakat; homo educationis, manusia makhluk yang bisa dididik; homo historis, manusia makhluk sejarah;  

Surat untuk Mas Fendik (20)

Perjumpaan denganmu, laksana embun--terbatas waktu. Di balik tirai love yang baru saja kubeli di sebuah toko, kuintip kenangan itu. Aku menikmati pelan derum hujan musim hujan. Bau tanah merebak, memenuhi ruangan. Aku berusaha menguasai diriku untuk tidak terjebak pada masa, ketika kita ... Hai Mas Fendik, kukabarkan padamu, musim hujan datang begitu lambat. Sekarang berada di  pertengahan bulan Oktober. Mestinya ia hadir di bulan September-Oktober awal. Tampaknya, cuaca memang telah berubah Mas. Sebagaimana aku, harus bangun awal untuk sekadar menghirup aroma embun.Itu yang bisa kulakukan untuk mengingatmu. Perubahan cuaca mendatangkan embun lebih singkat. Kalau kau tanya, tidak cukup untuk aku menyelesaikan cerita tentang kepingan-kepingan kenangan kita. Akan ada kerumpangan setiap latar peristiwa dan suasana yang kutulis. Tentu, bagaimana pun kenangan itu terjadi maunya utuh dengan sederet cerita dalam bayang. Oh, Mas Fendik ajariku tentang kerelaan dan keikhlasan. Jalan mulai ...

Surat untuk Mas Fendik (18)

Hai Mas Fendik. Ketahuilah tidak mudah bagi ia yang pernah sakit hati untuk membuka hati kembali. Ia tahu rasanya sakit--disakiti. Betapa ia menanggung beban itu sendiri, dan kemudian dari beberapa mereka menyakiti dirinya. Bukan suatu yang mudah, bagi kita membuka hati untuk siap menerima rasa sakit itu. Banyak orang yang memilih menutup, sangat menutup untuk tidak kembali menikmati jurang yang menciptakan duka. Apakah kau tahu, orang yang miliki mata jiwa, benar seolah-olah purna sesaat. Aku dapat melihat dan merasakan orang-orang yang sakit hati itu. Aku pernah merasakan, berada pada posisi itu, dan keputusasaan yang terjadi adalah mengurung di kamar atau tidak makan atau diam saja, dan entah itu cara orang sakit hati menambah rasa sakit pada dirinya. Namun, beda, sakit hati sejatinya yang sakit ada pada jiwanya. Sedangkan, sakit itu sejatinya yang sakit ada pada raganya. Sakit raga, mudah diobati. Tinggal disuntik, diberi obat, istirahat cukup, lalu akan sembuh. Beda dengan sakit j...

Cinta Sternberg

Cinta versi Kahlil Gibran (dalam Widianti, 2006:58), keindahan sejati yang terletak pada keserasian spiritual. Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia ini karena begitu tinggi mengangkat jiwa ketika hukum-hukum kemanusiaan dan kenyataan alam tidak mampu menemukan jejaknya. Membincangkan tentang cinta, kita kenal konsep segitiga cinta ala Sternberg, tokoh psikologi mengungkapkan cinta terbagi menjadi tiga komponen, yaitu intimacy (keintiman), passion (gairah), dan (komitmen). Ketigaanya ditinjau dari adatidaknya muncul 8 jenis cinta, yaitu non-love, liking, infatuation, empty love, romantic love, companionate love, fateous love, dan consumate love (Widianti, 2006:60-64). Non-love (tidak ada cinta) Hubungan antara dua individu berbeda jenis kelamin tanpa disertai unsur intimasi, hawa nasfsu biologis, ataupun komitmen. Hubungan ini jatuhnya pada bentuk kepedulian ataupun perhatian yang mendalam. Liking Hubungan dua individu saling kenal, tetapi cuma sebatas sahabat dan saling pe...

Lantas

meski kubukan yang pertama di hatimu tapi cintaku terbaik untukmu.   Casandra dengan salah satu lagunya Cinta Terbaik, selalu aku putar. Ini adalah caraku menikmati romansa kasihmu, Mas. Sekalipun tidak bisa memilikimu, tapi hati ini berasa memilikimu. Mestinya ini imbal-balik, namun aku tidak mengharapkan itu terjadi. Mengagumi dari jauh, setidaknya cara untuk tetap dekat denganmu. Ini caraku mencintaimu dengan gaya lain. Entah ada energi apa di balik lagu itu. Jelasnya, aku akan semangat begitu lagu itu terputar. Meski itu lagu bercerita tentang kesedihan.

Surat untuk Mas Fendik (17)

Hai Mas Fendik, sebagai seorang penulis ada banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus aku kerjakan. Salah satunya adalah membaca. Mas, aku  menulis sudah sejak lama. Namun, ada suatu saat aku tidak bisa menulis. Satu kalimat pun terkadang enggan tercipta. Mooding telah kujaga, sebagaimana menjaga konsistensi dan istiqomah dalam menulis. Membaca, aku selalu menyempatkan membaca walau hanya satu artikel. Rasa-rasanya, faktor ekstenal dirimu yang aku butuhkan. Setidaknya, kamu menemani aku menulis. Turut membaca-baca tulisanku, lalu memberi masukan. Aku rindu momen semacam ini Mas.  Malam ini, aku melanjutkan membaca sebuah buku Inna Ma'al 'Usri Yusran:Bersama Kesulitan Ada Banyak Kemudahan karya Muhammad Abdul Athi Buhairi. Buku setebal 669 halaman ini pernah kukadokan untuk Bapak. Aku tahu bacaan apa yang Bapak suka, sehingga aku membelikan buku ini untuknya. Buku ini belum selesai aku baca. Ada banyak hal yang perlu dipahami dengan pemaknaan secara totalitas. Sebab, buku itu buk...

Cara Mengirim Karya di Koran Radar Madiun Grup Jawa Pos

Halo sahabat menulis. Sudahkah hari ini kalian menulis? Kalau boleh tahu, apa karya terakhir kamu? Ada kabar menarik lo, di koran Radar Madiun grub Jawa Pos terdapat kolom Litera yang memuat karya-karya beraroma sastra. Seperti cerpen, puisi, esai sastra.  Sebenarnya, kolom ini sudah lama ya, sekitar di tahun 2019 akhir. Bagi sahabat memiliki karya, boleh banget dikirim saja di kolom ini.  Aku sudah tiga empat kali muat di sana. Pertama, karya yang termuat adalah puisi tentang kemarau. Kemudian, tulisan kedua berupa cerpen. Cerpen tersebut berjudul Pertanyaan Kalila, dimuat edisi 19 Januari 2020. Ini adalah cerpen saya, bisa langsung intip di blog ya, https://mbak-suci.blogspot.com/2020/01/cerpen-pertanyaan-kalila.html. Ketiga, sebuah esai menarik atas refleksi dari pembacaan novel-novel Arafat Nur. Esai sastra itu berjudul Novel, Kritik Sosial, dan Tragedi Kemanusiaan. Tulisan termuat pada 2 Februari 2020. Kalau sahabat penasaran, bisa intip tulisan di link ini ya, https://mb...

Merenungkan Sejarah

Rasanya tidak adil kalau sejarah dihapuskan begitu saja. Pasalnya, isu ini tidak jauh dari kabar penjualan surat nikah-cerai antara Soekarno dan Inggit. Yang disayangkan adalah, bagaimana dengan pengetahuan dan wawasan sejarah generasi kemudian. Bagaimana pula kecakapan sosial mereka ketika tidak bisa lagi membaca sejarah? Apa yang bakalan terjadi pada mereka kelak? Berkaitan dengan ini, aku teringat akan ungkapan Soekarno 'jas merah' jangan lupakan sejarah.  Aku merasa jadi sangat prihatin kepada orang-orang besar yang mencipta sebuah keilmuan. Bukankah saat ini kita sedang menerapkan, mengaplikasikan, dan kemudian mengembangkan studi ilmu itu untuk menyelesaikan masalah? Pertanyaannya adalah dari mana asal muasal kehidupan sekarang ini? Hari ini ada karena kemarin, dan esok tercipta karena hari ini. Ini namanya  sejarah. Masa kini terjadi akibat dari masa lalu, dan masa lalu dijadikan pelajaran kelak--masa kini. Mestinya kita sadar, berutang budi kepada sejarah. Tanpanya, ak...

Kebosanan yang Menjadi

Oktober yang lelah.  Sesiang ini, aku merasa leleh. Bangun tidur, kepala terasa pening. Oke, aku tetap bangun karena waktu menunggu. Seperti biasa, dan inilah yang sering kali membuat ku bosan. Bosan, sungguh amat bosan, membosankan. Laiknya emak-emak, pagi kusiapkan hidangan ikan goreng, dilengkapi dengan lalapan kemangi dan mentimun. Kemudian, nasi hangat sebakul. Pendamping ikan goreng, kubuatkan sambal kecap yang cabainya aku potong tipis-tipis. Aku sarapan, tepat di pukul 07.35 tanpa ada rasa semangat. Rasanya, malas sekali mau makan. Dengan kata lain, sudah enek. Mau bikin teh hangat, ahh ya malas. Makan saja, sedikit, kasihan perut tidak diberi makanan ditambah sejak kemarin sore mual-mual. Hehehe, gejala hamil muda saja. Usai sarapan, aku mandi. Membasuh tubuh. Kutuntun wajahku pada sajadah untuk kemudian salat dhuha. Dan, bekerja sebagai ghost writers. Kali ini, kedua kalinya mengerjakan penelitian. Hmm, penelitian kedua amat berat. Pertama, dari teori yang digunakan adala...

Sisa Napas September

Dua hari di bulan Oktober. Rindu ini laiknya penyakit yang butuh pengobatan secara intensif. Jika tidak maka akan berakibat fatal. Lebih dari penyakit iritasi, namun lebih pada luka yang terus melebar. Aroma daripada luka menguap hingga pada dinding-dinding sekitarnya. Aku rasa luka ini memang segera diberikan obat sebagai penyembuh. Atau paling tidak mereda. Itu harapanku. Mas, kukabarkan padamu tentang dua hari di bulan Oktober. Tepat, hari ini adalah hari kedua itu. Napas September masih memburu. Pundi-pundi kejelasan masih menunggu. Apa yang aku tunggu, itu rahasia. Maaf aku belum bisa bercerita ini padamu. 100% aku sadar, September amat berat hingga aku menelan kelelahan sendiri di bulan Oktober. Mestinya, aku bisa sedikit rileks supaya nyeri itu tidak berangsur-angsur. Kalau sudah begini aku toh yang sakit sendiri. Dibatin sendiri, ditahan sendiri, ujung-ujungnya hujan air mata kutelan sendiri. Apa yang bisa kuperbuat, ya terserah aku. Hehehe. Rasanya aku lelah di awal ini. Septe...