Jeeeng, jeng . . .
Hai.
Hmm.
Tuing . . . tuingg
tuinkerbell.
Mas, selamat datang di
tanggal 26 April ya. Yuk ke tanah lapang!
Masih kamu simpankan
kaca pembesar itu dan beberapa kertas untuk bereksperimen?
Aku ingin memastikan
terik tahun ini masih sama seperti tahun-tahun lalu. Aku percaya, panasnya
masih sama. Meski anomali cuaca tak beraturan. Kan keyakinan itu harus dibangun
ya. Seperti ... ets, kali ini aku akan berhenti berpuitis kepadamu. Nanti aku
siapkan stopwatch untuk memastikan di menit ke berapa energi matahari mampu
membakar kertas.
Tanggal 26 April cerah.
Aku baru saja mengeceknya langsung ketika membersihkan sampah di halaman rumah.
Langit membiru bersih.
Tidak ada awan yang sekadar mondar-mandir di sana. Beburung bekerjaran, rupanya
mereka juga senang dengan cuaca hari ini. Pun aku. Waw, aku senang, senang
sekali tanggal ini cerah. Kembali, kulihat masa depan kita di atas sana. Ya
cerah. Hehehe.
Mas, aku berterima
kasih kepadamu. Kau amat sabar menjelaskan padaku, waktu itu, kamu masih ingatkan
bahwa kaca pembesar yang biasa kita buat mainan itu dapat membakar kertas.
Sejak itu, ketika tidak ada korek api, aku senang bermain-main dengan ini.
Pergi ke tanah lapang atau halaman rumah di bawah terik matahari. Kemudian,
meletakkan selembar kertas di tanah.
Butuh kesabaran, ya
tentu itu kan yang dianjurkan guru agama Islam kita saat duduk di sekolah
dasar. Orang hidup harus sabar. Proses
perjalanan hidup satu per satu dijajaki. Kalau kamu sabar, kelak akan memetik
buah dari kesabaran itu.
Ya, aku sabar kok.
Sabar untuk menerima balasan surat darimu, setelah puluhan aku kirimkan. Sumpah
deh, aku sabar seperti menunggu kertas itu terbakar. Kemudian, menimbulkan asap
membumbung.
Hmm, terlalu berlebihan
kelihatannya. Kan hanya kertas, bukan tumpukan kertas. Jadi. asapnya ya biasa.
Cukup membuat kita terbatuk-batuk kecil.
Tentang ini, aku pernah
mendalami dalam pelajaran Fisika. Aku suka pelajaran Fisika meski kadang tidak
terlalu bisa untuk mengerjakan soal. Aku baru tahu, ternyata kaca pembesar memiliki
lensa cembung. Salah satu manfaatnya untuk melihat benda kecil menjadi terlihat
besar dan jelas. Bayangan yang tercipta adalah maya, tegak, dan diperbesar.
Pantas saja, panas
matahari yang jauh di sana bisa dengan cepat membakar kertas. Lensa dari kaca
pembesar bekerja secara baik. Ia mendekatkan yang jauh. Lensa bertindak memfokuskan
cahaya yang datang, sehingga energi panasnya mudah kita dapati.
Di bagian tengah lensa yang
tebal itu energi matahari berkumpul. Kalau aku membayangkan, seolah-olah energi
matahari disedot oleh lensa. Hasilnya, ya tak lama begitu kertas terbakar.
Begitu kan Mas? Aku
masih ingat kok penjelasan dari guru Fisikaku. Meski tidak sempat praktik.
Terima kasih, kamu mengajakku praktik terlebih dulu, tanpa tahu teori. Aku kamu
pintar juga. Kamu seperti Newton. Telah menciptakan sebuah temuan yang menarik
dan menyenangkan.
Bagaimana Mas, apakah
kamu sudah siap untuk bereksperimen lagi?
Kali ini aku usul ya,
kertas diganti dengan perapian rumput atau daun. Sudah kusiapkan semuanya.
Kebetulan dedaunan kering tadi belum aku buang ke tempat sampah. Bisa kan itu
kita manfaatkan. Sebab, dari guru Fisikaku mengatakan, bahwa daun, ranting,
kertas, kapas, rumput kering bisa dijadikan bahan eksperimen.
Oke Mas, aku tunggu di
tanah lapang ya. Di tempat biasa kita melepaskan ion-ion dalam tubuh, kemudian
saling bertatapan. Kali ini, cukup kita bereksperimen saja. Bulan puasa.
Baiknya kita menjaga tatapan mata, supaya tidak timbul nafsu.
Jika kamu kurang
berkenan dengan usulan tadi. Bisa kok, dengan senang hati kembali pada kertas
atau kamu memiliki benda lain. Aku rasa nanti pengetahuan dan wawasan kita akan
bertambah apabila mencoba dengan benda lain. Hehehe, asalkan jangan aku yang
dijadikan objek karena tidak pun kena lensa, rasanya sudah terbakar. Hohoho.
Sampai berjumpa di
tanah lapang, terkasih Mas Fendik berkoko.
Suci Ayu Latifah
26.04.2020
Komentar
Posting Komentar