“Konflik politik di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) buka sekadar latar novel ini, tetapi juga inti cerita. Meski menjadikan gejolak politik lokal sebagai pokok cerita, naskah ini tidak terperangkap pada reportase jurnalistik. Ia menghadirkan seorang mantan tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pulang ke kampungnya dan menemukan kenyataan-kenyataan yang tidak sepenuhnya bisa ia terima. Ada harapan yang tidak terpenuhi tetapi juga ada keajaiban yang datang tanpa diminta. Disampaikan dengan gaya reportase yang tidak kering, novel ini dengan sabar membangun peristiwa demi peristiwa tentang tema-tema lokal yang sangat politis. Pengalaman romantis yang membayang samar di akhir naskah ini adalah sejumput harapan di tengah segala yang begitu mengekang. Benturan antara banyak kepentingan dan kerakter, dengan amunisi konflik politik lokal, bukan hanya membuat naskah ini sebagai naskah novel politis tetapi juga memberi humor yang baik...” (Dewan juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2...
"Percayalah, suatu hari nanti akan datang berkah dari setiap proses. Tentu, hakikat proses tidak pernah mengkhianati hasil. Percayalah! Untuk hari ini, tuliskan jejak hidupmu ke dalam tulisan. Senantiasa ia akan abadi meski kita berada di ruang keabadian."