Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Sinopsis Novel Tanah Surga Merah Karya Arafat Nur

  “Konflik politik di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) buka sekadar latar novel ini, tetapi juga inti cerita. Meski menjadikan gejolak politik lokal sebagai pokok cerita, naskah ini tidak terperangkap pada reportase jurnalistik. Ia menghadirkan seorang mantan tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pulang ke kampungnya dan menemukan kenyataan-kenyataan yang tidak sepenuhnya bisa ia terima. Ada harapan yang tidak terpenuhi tetapi juga ada keajaiban yang datang tanpa diminta. Disampaikan dengan gaya reportase yang tidak kering, novel ini dengan sabar membangun peristiwa demi peristiwa tentang tema-tema lokal yang sangat politis. Pengalaman romantis yang membayang samar di akhir naskah ini adalah sejumput harapan di tengah segala yang begitu mengekang. Benturan antara banyak kepentingan dan kerakter, dengan amunisi konflik politik lokal, bukan hanya membuat naskah ini sebagai naskah novel politis tetapi juga memberi humor yang baik...” (Dewan juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2...

Surat untuk Mas Fendik (16)

Lebaran tinggal menghitung hari. Minggu terakhir Ramadhan terasa panas, meski di luar hujan. Pancaroba akan kita nikmati bersama. Kadang panas, pula tiba-tiba hujan tidak menentu. Di Kotaku, Ponorogo, dua ramalan cuaca itu berjalan beriringan. Terpenting tetap jaga kesehatan di musim Covid-19. Kita  perlu sesering mungkin memerhatikan lingkungan apabila terdapat genangan air. Bak mandi harus rajin dikuras supaya tidak dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk. Ingat 3M! Malam di tempat tinggalku, sering para nyamuk meronda. Mereka mencari makanan darah dari manusia. Kalau mereka nyamuk biasa ya tidak papa. Aku khawatir satu di antaranya ada nyamuk menciptakan lara. Informasi dari desa, di tanah kelahiranku Sawoo sana, banyak orang terkena DBD. Semoga kita tidak terkena. Hus, hus, nyamuk kamu boleh gigit, tapi jangan meninggalkan sakit. Seperti kita ketahui, demam berdarah menjadi penyakit yang merebak dengan tingkat kematian tinggi juga di Indonesia. Sepanjang 1 Januari...

Sinopsis Novel Lampuki Karya Arafat Nur

  Pertemuan dua bukit itu menyerupai tubuh manusia terlentang dengan kedua sisi kakinya merenggang, terkuak serupa selangkang perempuan, sebab di seluk situ tak ada gumpalan melainkan lubang. Persis di selangkangan bukit itulah rumah-rumah beton mungil bercat kapur menumpuk, saling berdesakan, terkesan seperti sedang berlomba-lomba hendak memasuki liangnya.   Begitu sepenggal paragraf pembuka novel Lampuki karya Arafat Nur. Penggalan paragraf di atas mengilustrasikan kampung Lampuki yang menjadi latar tempat dalam novel tersebut. Novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2011 ini, menyuguhkan cerita yang menarik, pedih, dan berani; mengungkit Aceh sebagai luka yang belum sepenuhnya selesai. Dengan gaya penceritaan satire yang cerdas, membincangkan luka negeri sambil tertawa.    Lampuki dikisahkan dalam sudut pandang orang pertama serba tahu melalui tokoh bernama Muhammad Yusuf. Ia adalah seorang teungku di kampung Lampuki. Sebuah kampung di kawasan kaki bukit de...