Lebaran tinggal menghitung hari. Minggu terakhir
Ramadhan terasa panas, meski di luar hujan. Pancaroba akan kita nikmati bersama. Kadang panas, pula tiba-tiba hujan tidak menentu. Di Kotaku, Ponorogo, dua ramalan cuaca itu berjalan beriringan.
Terpenting tetap jaga kesehatan di musim Covid-19. Kita perlu sesering mungkin memerhatikan lingkungan apabila terdapat genangan air. Bak mandi harus rajin dikuras supaya tidak dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk. Ingat 3M!
Malam di tempat tinggalku, sering para nyamuk meronda. Mereka mencari makanan darah dari manusia. Kalau mereka nyamuk biasa ya tidak papa. Aku khawatir satu di antaranya ada nyamuk menciptakan lara.
Informasi dari desa, di tanah kelahiranku Sawoo sana, banyak orang terkena DBD. Semoga kita tidak terkena. Hus, hus, nyamuk kamu boleh gigit, tapi jangan meninggalkan sakit.
Seperti kita ketahui, demam berdarah menjadi penyakit yang merebak dengan tingkat kematian tinggi juga di Indonesia. Sepanjang 1 Januari-27 April 2020, terdapat 49.563 kasus demam berdarah dengan kematian sebanyak 310 orang.
Sementara, sejak didapati pada 3 Maret hingga 19 Mei 2020, terdapat 18. 496 kasus positif Covid-19 dengan angka kematian sebanyak 1.221 kasus.
Ya, kalau dibanding Covid-19, DBD tidak begitu dengan cepat mematikan orang. Meski begitu kita tetap harus waspada dan mengantisipasi diri. Doa bersama, terhindar dari Covid-19, DBD, dan penyakit mematikan lainnya.
Terpenting tetap jaga kesehatan di musim Covid-19. Kita perlu sesering mungkin memerhatikan lingkungan apabila terdapat genangan air. Bak mandi harus rajin dikuras supaya tidak dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk. Ingat 3M!
Malam di tempat tinggalku, sering para nyamuk meronda. Mereka mencari makanan darah dari manusia. Kalau mereka nyamuk biasa ya tidak papa. Aku khawatir satu di antaranya ada nyamuk menciptakan lara.
Informasi dari desa, di tanah kelahiranku Sawoo sana, banyak orang terkena DBD. Semoga kita tidak terkena. Hus, hus, nyamuk kamu boleh gigit, tapi jangan meninggalkan sakit.
Seperti kita ketahui, demam berdarah menjadi penyakit yang merebak dengan tingkat kematian tinggi juga di Indonesia. Sepanjang 1 Januari-27 April 2020, terdapat 49.563 kasus demam berdarah dengan kematian sebanyak 310 orang.
Sementara, sejak didapati pada 3 Maret hingga 19 Mei 2020, terdapat 18. 496 kasus positif Covid-19 dengan angka kematian sebanyak 1.221 kasus.
Ya, kalau dibanding Covid-19, DBD tidak begitu dengan cepat mematikan orang. Meski begitu kita tetap harus waspada dan mengantisipasi diri. Doa bersama, terhindar dari Covid-19, DBD, dan penyakit mematikan lainnya.
Mas Fendik membahagia, apakah yang kamu rasakan hari
ini, ketika kau membaca suratku? aku cukup baik untuk saat ini, ketika menulis.
Maaf, beberapa hari surat untukmu tak kunjung
datang. Kesibukan membuat diri harus segera istirahat. Sebenarnya ada sesuatu
yang harus kutulis pada hari-hari itu. Ya sekadar untuk mengungkapkan,
meluapkan, melampiaskan, ehh apaan sih, ya katarsis begitulah. Pastinya kan
dalam sehari kita dapat informasi banyak.
Mas, apakah kamu suka anak kecil.
Saudaraku, tanggal 12 Mei kemarin melahirkan anak
pertamanya. Lucu deh Mas. Laki-laki sepertimu. Aku jadi ingin deh segera punya
anak. Hehehe, nikah saja belum, kok tiba-tiba mau punya anak.
Jadi Ibu, sulit ya. Jadi Ayah, juga. Jadi Ibu, rumit
ya. Harus mengandung, melahirkan, menyusui, lalu membesarkan dengan kasih
sayang dan penuh perhatian. Ayah juga, ya utamanya memberi nafkah.
Jadi Ayah, berarti siap menghidupi dua nyawa, bisa
juga tiga atau empat, atau tiga belas nyawa. Itu nyawa yang dua: Ayah dan Ibu. Nyawa
yang sebelas anak anak. Hehehe.
Eitss, ingat KB lo ya. Jangan mentang-mentang
membuatnya enak, terus gaspol.
Memang, unen-unen Jawa, banyak anak banyak rezeki. Ya
itu benar. Tapi untuk era sekarang pemerintah menyarankan “dua anak cukup”
dimintalah KB.
Mengapa itu berlaku? Jawaban teratas adalah jumlah
penduduk di Indonesia sudah terlalu banyak. Kemudian, perekonomian di Indonesia
tidak stabil. Ya, rupiah semakin menurun.
Itu baru alat untuk tukar. Belum lagi bahan pokok
sehari-hari semakin mahal dan jumlahnya sedikit. Mengapa? Ya karena lahan untuk
bertani, katakanlah dijadikan kawasan perumahan, pabrik, hotel, jalan, dan
masih banyak lagi.
Coba, kalau habitat mereka tidak dijamah. Pasti ekonomi
kita semakin baik. Sudah baik sebenarnya. Orang, kebanyakan masyarakat kita
bertani dan nelayan. Namun, ironinya mengapa untuk kebutuhan sehari-hari masih
saja kurang. Sebutlah sebagai bukti kasus busung lapar.
Ya Allah, semoga ke depan saudara-saudara kita yang
kekurangan bisa tercukupi ya Mas. Aamiin.
Mas Fendik tercinta,
Aku rindu senja di mana kita saling menatap alam
dengan satu titik fokus. Aku rindu aroma senja, harapan dan doa ketika senja
sirna. Mungkin, surat ini akan seperti senja—segera menghilang.
Maaf, disurat kali ini aku tidak banyak cakap. Hemat
energi. Hehehe. Tidak kok. Rasanya lelah, ingin rebahan saja. Kakiku ngilu,
seperti kehidupan.
Semoga semua segera usai ya Mas. Rindu senja dengan
nikmat kedamaian, ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan hidup. Allah, Allah,
Allah.
Nikmat mana lagi yang akan kau dustakan?
Suci Ayu Latifah
19.05.2020
Komentar
Posting Komentar