Menunggu serupa ramalan cuaca. Bisa jadi cerah, mendung, atau hujan.
Menunggu terlalu rumit lebih dari sesuatu yang ku tahu. Pra, saat, dan pasca. Semoga, yang namanya menunggu tidak selalu berakhir kecewa.
Mas Fendik terkasih,
Akhir pekan di Ponorogo timbul cuaca yang cerah.
Matahari dengan anggun menyentuh kehidupan di bumi. Aku bersyukur diberi napas
hari ini.
Apakah kau sudah tiba di tempat perapianmu, Mas?
Semalam aku tidak bisa tidur. Bukan sesuatu yang meresahkan. Sudah terbiasa
begadang dan akhirnya tidak bisa tidur.
Di malam 23 bulan Ramadhan, aku beribadah dengan
menelusuri dunia gaib. Sungguh, aku benar tidak tahu sejak kapan suka keluyuran
di dunia ini.
Dulu saja, keluar ke rumah usai maqrib rasanya
getir-getir. Sekarang, untuk berjalan ke toko jam 9 malam, aku berani. Padahal
itu sendiri. Di perumahan banyak rumah kosong. Warga usai Isya’ sudah ngrong.
Belum lagi rumah dekat lapangan dan tempat pembuangan sampah. Di sampingnya ada
pohon bambu yang cukup lebat. Cerita orang yang bisa tembus pandang, di pohon
bambu dijadikan tempat persemayaman jaylangkung. Sementara rumah kosong, tak
jarang dibuat perkumpulan makhluk gaib.
Di suatu ketika, bertemulah aku pada seseorang, Mas.
Semua berawal seseorang itu merasakan keganjalan pada orang sekitarku. Seperti
ada orang lain ditubuhnya. Kemudianlah, semua dicek. Hanya tubuhku yang sulit
dibaca. Katanya, tubuhku mental untuk dimasuki.
Bertanyalah aku mengapa setan, atau apalah itu tidak
bisa masuk ke dalam tubuhku. Dengan hati-hati seseorang itu pun berkata, ada
beberapa kemungkinan: (1) di tubuh telah dihuni oleh makhluk yang lebih kuat,
bisa baik, bisa jahat. Dominan lebih pada baik, (2) pernah kemasukan dalam arti
kerasukan berkepanjangan, (3) jiwanya teraliri ayat Al-Qu’an, dan (4) sugesti
besar atas ketidakpercayaan makluk gaib.
Tentang ini, aku tidak tahu persis di poin mana aku
berada. Mundur beberapa tahun, aku teringat ketika SMP kelas 2, setiap hari
Selasa dan Jumat diri ini tiba-tiba pingsan. Aku tidak sakit, ketika dicek
baik-baik saja. Aku juga tidak sedang memikirkan sesuatu yang rumit.
Kemudian, dikaitkanlah dengan sesuatu yang abstrak.
Bersamaan itu, memang kelas yang aku tempati dulunya ada siswa yang mati dengan
tidak wajar. Lalu, beberapa hari sebelumnya pohon beringin di depan sekolahan
di tebang hingga gundul. Katanya Mas, penunggunya marah, terus menyerang. Saat
itu, di kelasku ada dua orang yang bernasib sama.
Itu SMP. Kebenerannya, aku tidak tahu. Terpenting,
aku sekarang tidak mengalami hal semacam itu. Sekali lagi itu SMP. Ada lagi
cerita saat aku SMA.
2015 aku masuk SMA. SMA berada di kelas 1A. Kelas
itu berada di ujung utara, dekat dengan ruang komputer, ruang bimbingan
konseling, dan ruang TU. Karena di kota, kebanyakan ada aliran air di pinggir
jalan besar. Aliran itu tepat di sebelah utara kelasku. Di pinggiran aliran air,
tumbuhlah pohon bambu rimbun. Bambu biasa. Samping kiri kelas terdapat sawah
menghijau, sementara samping kanan ada lapangan.
Kejadian SMP, kembali berulang. Saat SMA, apabila
dikaitkan dengan dunia abstrak, ada yang tinggal dalam tubuhku. Setiap kali
hari Senin dan Kamis, tubuh ini dikuasai. Pingsanlah aku seketika. Sebab
inilah, selama tiga tahun aku tidak pernah mengikuti upacara bendera.
Pernah suatu ketika, begitu momen berdoa, tubuhku
tersungkur ke tanah. Aku tidak tahu mengapa, padahal aku sehat saja, dan pagi
ya sarapan.
Kalau sudah seperti itu, bisa berjam-jam aku
setengah sadar. Datanglah seseorang menyentuh kakiku. Dia menekan jari-jari
kakiku, aku menggeliat kesakitan. Aku tidak tahu ada apa denganku. Cek
laboratorium baik-baik saja. Ya kalau riwayat sakit palingan darah rendah,
tipus, dan jantung lemah. Itu sih.
Selalu, hingga aku dihakimi beberapa guru, mengapa
begitu. Gara-gara itu aku jadi tersudutkan. Sampai timbul celetukkan, “Suci
lagi!”, “Paling ya Suci”. Rasanya, sakit Sampai suatu ketika, aku tidak diperbolehkan
ikut kegiatan ekstra pramuka. Takutnya, ya aku sakit begitu.
Oh ya, aku jadi ingat Mas, pada saat aku pingsan di
kelas, seseorang teman lelakiku membopong tubuhku ke UKS. Terima kasih ya.
Kejadian itu langgeng tiga tahun, Mas. Terkadang aku
lelah menghadapi ini, tepatnya pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa aku jawab.
Dan itu, selalu begitu. Dan uniknya, jatuhku tidak jauh dari pukul 8-9 pagi.
Ya, pas pembelajaran berlangsung.
Memang, dulu itu aku amat penakut. Apa karena ini?
Jika iya, beberapa temanku juga ada yang penakut, mengapa mereka tidak
mengalami sesuatu yang kurasakan. Ya rahasia kehidupan, mungkin.
Aku tidak tahu, karena itu atau karena lain.
Semenjak mengalami hal mengganjal, diri tidak jadi penakut. Terkadang, aku
ingin melihat makhluk gaib, hmm ya jangan deh. Gawatnya tidak bisa tidur.
Mas Fendik terkasih, apakah kau bisa menjelaskan apa
yang terjadi pada diriku? Setidaknya ada sedikit titik terang dari ini.
Apakah benar, ada sesuatu yang tinggal dalam
tubuhku? Bisakah kau membacanya?
Semoga jika pun ada, setia menjagaku dalam segala
hal yang tidak aku inginkan. Begitu.
Mas, sudah dulu ya, kelihatanya hari sudah cukup
malam. Salam hangat.
Suci Ayu Latifah
16.05.2020
Komentar
Posting Komentar