Langsung ke konten utama

Surat untuk Mas Fendik (9)


Takut tapi abai, itu apa namanya?
Hai, Mas Fendik maaf aku baru mengirimkan kabar hari ini. Tadi pagi sampai siang, aku sedang bersemangat membaca buku Jazz, Parfum, dan Insiden karya Seno Gumira Ajidarma. Sorenya, ya seperti biasa memasak untuk menu buka puasa.

Oh ya, bagaimana puasamu, lancar kan? Tetap jaga daya tahan tubuh ya Mas. Jaga perasaan juga lo. Ingat aku ini wanita.

Mas, dua hari yang lalu, kita memeringati hari Pendidikan. Selamat hari pendidikan ya? Walau perayaannya beda dengan tahun sebelumnya, tentu harapannya tetap sama kan—mencipta peradaban berpendidikan, unggul, kreatif, inovatif, dan mandiri. Situasi pandemilah yang membuat kita bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah untuk memangkas penyebaran virus korona.

Hari pendidikan yang spesial, ya Mas. Di tahun ini diwarnai dengan suasana Ramadhan, diuji oleh pandemi. Percaya deh, bakalan dicatat semua amal tindak, amal pikir, dan amal rasa kita. 

Selamat menjalankan ibadah puasa, ya. Meskipun terkesan terkungkung di dalam rumah senantiasa tetap produktif. Ya, kita bisa kembali mengasah bakat diri. Kamu yang suka menggambar, bisa lebih lama-lama untuk berkreasi. Kamu yang suka kebersihan dan kerapian, bisa tuh menata ulang desain rumah supaya tidak monoton. Dan, kamu yang suka masak, bisa kreatif menciptakan menu baru dengan sajian yang ekonomis dan praktis. Tak lupa, bergizi manis.

Sambil menikmati suasana Ramadhan, boleh tahu dong kegiatanmu hingga puasa ke-11 ini?
Kalau aku sih, tidak banyak perubahan. Tetap menyusun kata, membangun kalimat untuk menciptakan sejarah. Oh ya, kalau boleh tahu apakah anggota keluargamu lengkap? Maksud aku tidak ada yang sedang di luar kota. Ya, bekerja atau liburan.

Eits, kok liburan ya. Masa di musim pandemi masih nekat nurutin nafsu liburan.

Hmm, jangan salah Mas. Di suatu malam, aku mendapat informasi dari seseorang yang bekerja di sebuah bandara X. Dalam obrolan itu, kan telepon bisa menjangkau jarak terjauh sekalipun, hehehe dia bercerita kalau masih ada beberapa warga kita yang liburan lo. Perjalanannya dari Indonesia ke luar negeri. Dalihnya, menghindar korona. 

Halo memangnya di luar negeri tidak terjangkit korona? 

Versi kompas.com edisi 2 Mei 2020, berdasarkan data Worldometers, ada sepuluh negara yang terdampak korona terbanyak. Di antaranya Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Inggris, Jerman, Perancis, Turki, Rusia, Iran, dan Brazil.

Di Amerika Serikat, masyarakat terdampak korona mencapai 1.129.059 kasus. Sebanyak 65.711 kasus telah meninggal dan 161.551 kasus telah dinyatakan sembuh. Italia, kasus terkonfirmasi sebanyak 207.428. Dari jumlah itu, 28.236 orang meninggal dunia dan 78.249 pasien sembuh.
Sementara di Inggris, jumlah kasus virus corona yang telah dikonfirmasi adalah 178.685 kasus. Dari jumlah tersebut, 27.583 orang meninggal dunia dan 892 pasien dinyatakan sembuh.

Ya, itu data sebagian negara terjangkit korona. Lebih lengkapnya, kamu bisa mencari tahu secara mandiri. Oke. Ya, itu salah satu sikap simpati dan empati kita lo.

Di Indonesia sendiri, hingga hari ini kasus terkonfirmasi sebanyak 11.587. Penambahan dari hari sebelumnya hampir 400 pasien. Sungguh tumbuh secara cepat virus ini. Rupanya, tubuh orang Indonesia jadi tempat berkembang biak juga.

Dari jumlah itu, 8.769 pasien sedang melakukan perawatan di beberapa rumah sakit rujukan, 864 pasien telah meninggal dunia, dan 1.954 pasien dinyatakan sembuh. Semoga benar-benar sembuh total tidak kambuh lagi seperti yang terjadi di Tiongkok. Kan ya menakutkan, 14% kasus korona kambuh lagi.

Tentang informasi ini ya muncul tumpang-tindih. Ada sebagian orang yang mengatakan dengan dalilnya bahwa seseorang yang sembuh dari korona tidak akan sakit lagi. Ada persepsi lain, bahwa orang yang pernah terkena korona dapat terserang kembali. Istilahnya reinfeksi. 

Sudah deh, bahas korona bakalan tiada habisnya. Intinya, semoga mereka yang merasa dirinya terjangkit dengan ciri-cirinya supaya segera memeriksakan diri, mengisolasi diri, dan meningkatkan imunitas. Kemudian, untuk orang-orang yang usai perjalanan supaya segera isolasi diri selama 14 hari.

Jangan seperti beberapa warga kita lo ya. Jelas dirinya usai perjalanan jauh, ehh tidak mau isolasi diri. Untung saja kalau tidak membawa virus. Bahaya itu kalau virus itu mampir di tubuhnya. Sebagaimana kasus di sebuah kota X. Tidak mau isolasi diri, malah ikut meramaikan puasa dengan turut jamaah tarawih di masjid. Kan itu namanya cari perkara.

Sedih, sedih, sedih dengar informasi semacam itu. Kasus positif semakin banyak, namun kesadaran semakin menurun. Allah, Allah.

Kiranya, suratku harus berhenti deh. Kalau tidak, jiwaku tetap ingin bahas korona sebagai katarsis jiwa. Hehehe maaf ya. Kelihatannya, aku harus segara istirahat. Sudah malam, sekarang jam menunjukkan pukul 22.40 WIB. Nanti harus bangun untuk persiapan sahur.

Mas, ingat jaga jarak, jaga diri, jaga rasa, dan jaga emosi. Semoga puasa tahun ini barokah ya, sekaligus semakin dekat dengan Allah. Terakhir, jangan lupa bahagia.

Salam haru biru dari kekasihmu merindu.

Suci Ayu Latifah

04.05.2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengirim Karya di Koran Radar Madiun Grup Jawa Pos

Halo sahabat menulis. Sudahkah hari ini kalian menulis? Kalau boleh tahu, apa karya terakhir kamu? Ada kabar menarik lo, di koran Radar Madiun grub Jawa Pos terdapat kolom Litera yang memuat karya-karya beraroma sastra. Seperti cerpen, puisi, esai sastra.  Sebenarnya, kolom ini sudah lama ya, sekitar di tahun 2019 akhir. Bagi sahabat memiliki karya, boleh banget dikirim saja di kolom ini.  Aku sudah tiga empat kali muat di sana. Pertama, karya yang termuat adalah puisi tentang kemarau. Kemudian, tulisan kedua berupa cerpen. Cerpen tersebut berjudul Pertanyaan Kalila, dimuat edisi 19 Januari 2020. Ini adalah cerpen saya, bisa langsung intip di blog ya, https://mbak-suci.blogspot.com/2020/01/cerpen-pertanyaan-kalila.html. Ketiga, sebuah esai menarik atas refleksi dari pembacaan novel-novel Arafat Nur. Esai sastra itu berjudul Novel, Kritik Sosial, dan Tragedi Kemanusiaan. Tulisan termuat pada 2 Februari 2020. Kalau sahabat penasaran, bisa intip tulisan di link ini ya, https://mb...

Sinopsis Novel Lampuki Karya Arafat Nur

  Pertemuan dua bukit itu menyerupai tubuh manusia terlentang dengan kedua sisi kakinya merenggang, terkuak serupa selangkang perempuan, sebab di seluk situ tak ada gumpalan melainkan lubang. Persis di selangkangan bukit itulah rumah-rumah beton mungil bercat kapur menumpuk, saling berdesakan, terkesan seperti sedang berlomba-lomba hendak memasuki liangnya.   Begitu sepenggal paragraf pembuka novel Lampuki karya Arafat Nur. Penggalan paragraf di atas mengilustrasikan kampung Lampuki yang menjadi latar tempat dalam novel tersebut. Novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2011 ini, menyuguhkan cerita yang menarik, pedih, dan berani; mengungkit Aceh sebagai luka yang belum sepenuhnya selesai. Dengan gaya penceritaan satire yang cerdas, membincangkan luka negeri sambil tertawa.    Lampuki dikisahkan dalam sudut pandang orang pertama serba tahu melalui tokoh bernama Muhammad Yusuf. Ia adalah seorang teungku di kampung Lampuki. Sebuah kampung di kawasan kaki bukit de...

Setiap Bepergian, Pulang Bawa Tulisan Jurnalistik

Impian Suci Ayu Latifah menjadi wartawan tidak bisa ditawar. Kemampuan menulis terus diasah demi profesi idamannya sejak SMA itu. Salah satunya menjadi citizen reporter.  Senyum Suci Ayu Latifah mengembang kala diminta naik ke atas panggung. Tepuk tangan lantas mengiringi langkah kaki wisudawati jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo 2018/2019 itu yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,88. Nilai itu membuatnya menjadi lulusan terbaik. ‘’Setelah lulus ini, saya ingin jadi reporter,’’ katanya. Wartawan adalah profesi idaman Suci sejak SMA. Bermula dari hobinya mengisi  majalah dinding (mading) dengan karya tulis. Ternyata, karya tersebut diapresiasi teman dan guru-gurunya. Lulus SMA, Suci mengenal Sutejo, pakar literasi Kemendikbud. Ujung pertemuan itu tidak sekadar mengubah pandangan terhadap wartawan. Warga Desa Pangkal, Sawoo, itu juga menjadi anak asuh akademisi yang merupakan ketua STKIP Ponorogo tersebut. ‘’Jadi, awaln...