Langsung ke konten utama

Hakikat Kehidupan untuk Menghidupi Orang lain

250 Wisdoms: Membuka Mata, Menangkap Makna.

Adalah salah satu judul buku karangan Komaruddin Hidayat. Gede Prama memberikan testimoni, "Apa yang terdengar mudah lupa. Apa yang terlihat sebagian lupa. Namun apa yang dilakukan dengan penuh cinta, ia pasti menyentuh."

Kesejukan buku melalui warna sampul adalah kecintaan terhadap alam dan seisinya. Buku itu diperuntukku anak Aceh korban tsunami, 2004. Setebal 335 halaman, penulis mengajak kita menemukan makna hidup di setiap babnya.

Menyapa semesta dengan cinta adalah bab bagian pertama. Selanjutnya, bagian kedua hingga dua belas adalah roda-roda usaha, melukis surga dalam keluarga, arti sebuah persahabatan. belajar menjelajahi pribadi, cinta Tuhan menebar pada keragaman, merawat keagungan pribadi, bangsa yang punya hati, bekal pulang kampung, menengok jendela hati, bukan sekadar bahagia, dan hening dalam keramaian.

Belajar menjelajahi pribadi, hakikatnya pemahaman secara totalitas tentang diri kita; siapa aku, bagaimana aku dan kehidupanku, apa manfaat hidupku bagiku dan orang lain. Kita hidup, sesungguhnya sedang melakukan perjalanan, wisata hidup. Kita disuguhkan akan keindahan dan kenikmatan yang kita terima. Namun, tidak menutup kemungkinan di balik keindahan itu tercipta duri-duri kehidupan. Tumbuhan mawar merupakan simbol kehidupan. Kita akan dikenalkan keindahan pada bunga, kelopak, dan mahkotanya. Kita pula akan dihadapkan pada batang berduri. Duri mawar melambangkan kehidupan yang harus disadari atas kehati-hatian. Emosi, jangan sampai membumbung di atas rata-rata. Naik-turunkan sesekali, supaya kita selamat dalam perjalanan.

Hidup mengajak kita berpikir dan berenung tentang kehidupan itu sendiri. Banyak hal yang dapat kita pelajari dan jadikan pelajaran. Sederhananya, cara menghargai kemampuan diri. Minder adalah penyakit kita. Ketidakpercayaan terhadap skill yang kita miliki. Kita lupa telah berbuat meski tidak seberapa besar. Itu sudah baik dibanding orang yang sama sekali tidak berbuat. Mereka menunggu. Katanya takdir sudah dituliskan. Bukankah kita bisa mengubah takdir?

Wisata hidup adalah catatan sejarah. Ia akan bercerita dengan sendirinya, kita adalah tokoh utama dalam hidup ini. Mau ke mana dan bagaimana hidup, berada pada diri kita. Kebaikan atau keburukan, hanyalah persoalan pilihan. Pilihlah sejarah mana yang akan kita ciptakan. Kebebasan hidup adalah milik pribadi. Hati yang menggerakkan, langkah merealisasikan.

Pejalan sejati, kata Komar bahwa jalan kehidupan memang panjang. Harus dilalui dan dihadapi. Dan, segala yang pernah kita lalui akan menjadi bekal untuk perjalanan selanjutnya. Kedewasaan berpikir dapat kita lihat bagaimana memosisikan perjalanan hidup. Kewajiban belajar, milik diri. Menjadi pribadi bijak selalu berupaya mencari kebenaran. Kebenaran yang utama adalah kebijaksanaan. Kebijaksanaan hidup menuntut mencari pesan, makna, dan rahasia hidup. Sebab, hidup adalah rangkaian pemikiran panjang atas perenungan yang panjang pula.

Membuka hati dan menangkap makna hidup. Tuliskan hidup pada catatan kehidupan. Kelak, ia serupa sejarah yang dapat dibaca ketika hari tua nanti. Nikmat hidup sejati bermodal pencarian. Pencarian akan diri sebuah perjalanan hidup yang dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain.Catatan indah dan penuh inspirasi bagi orang-orang sesudah kita. Setidaknya untuk anak-cucu.

Hidup serupa desain. Kita menciptakan pola dan desain. Tentang penilaian orang adalah hak mereka. Hasil dari desain, kita yang rasa dan punya.

Gusti mireng, gusti perso, gusti orang sare.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengirim Karya di Koran Radar Madiun Grup Jawa Pos

Halo sahabat menulis. Sudahkah hari ini kalian menulis? Kalau boleh tahu, apa karya terakhir kamu? Ada kabar menarik lo, di koran Radar Madiun grub Jawa Pos terdapat kolom Litera yang memuat karya-karya beraroma sastra. Seperti cerpen, puisi, esai sastra.  Sebenarnya, kolom ini sudah lama ya, sekitar di tahun 2019 akhir. Bagi sahabat memiliki karya, boleh banget dikirim saja di kolom ini.  Aku sudah tiga empat kali muat di sana. Pertama, karya yang termuat adalah puisi tentang kemarau. Kemudian, tulisan kedua berupa cerpen. Cerpen tersebut berjudul Pertanyaan Kalila, dimuat edisi 19 Januari 2020. Ini adalah cerpen saya, bisa langsung intip di blog ya, https://mbak-suci.blogspot.com/2020/01/cerpen-pertanyaan-kalila.html. Ketiga, sebuah esai menarik atas refleksi dari pembacaan novel-novel Arafat Nur. Esai sastra itu berjudul Novel, Kritik Sosial, dan Tragedi Kemanusiaan. Tulisan termuat pada 2 Februari 2020. Kalau sahabat penasaran, bisa intip tulisan di link ini ya, https://mb...

Sinopsis Novel Lampuki Karya Arafat Nur

  Pertemuan dua bukit itu menyerupai tubuh manusia terlentang dengan kedua sisi kakinya merenggang, terkuak serupa selangkang perempuan, sebab di seluk situ tak ada gumpalan melainkan lubang. Persis di selangkangan bukit itulah rumah-rumah beton mungil bercat kapur menumpuk, saling berdesakan, terkesan seperti sedang berlomba-lomba hendak memasuki liangnya.   Begitu sepenggal paragraf pembuka novel Lampuki karya Arafat Nur. Penggalan paragraf di atas mengilustrasikan kampung Lampuki yang menjadi latar tempat dalam novel tersebut. Novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2011 ini, menyuguhkan cerita yang menarik, pedih, dan berani; mengungkit Aceh sebagai luka yang belum sepenuhnya selesai. Dengan gaya penceritaan satire yang cerdas, membincangkan luka negeri sambil tertawa.    Lampuki dikisahkan dalam sudut pandang orang pertama serba tahu melalui tokoh bernama Muhammad Yusuf. Ia adalah seorang teungku di kampung Lampuki. Sebuah kampung di kawasan kaki bukit de...

Setiap Bepergian, Pulang Bawa Tulisan Jurnalistik

Impian Suci Ayu Latifah menjadi wartawan tidak bisa ditawar. Kemampuan menulis terus diasah demi profesi idamannya sejak SMA itu. Salah satunya menjadi citizen reporter.  Senyum Suci Ayu Latifah mengembang kala diminta naik ke atas panggung. Tepuk tangan lantas mengiringi langkah kaki wisudawati jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo 2018/2019 itu yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,88. Nilai itu membuatnya menjadi lulusan terbaik. ‘’Setelah lulus ini, saya ingin jadi reporter,’’ katanya. Wartawan adalah profesi idaman Suci sejak SMA. Bermula dari hobinya mengisi  majalah dinding (mading) dengan karya tulis. Ternyata, karya tersebut diapresiasi teman dan guru-gurunya. Lulus SMA, Suci mengenal Sutejo, pakar literasi Kemendikbud. Ujung pertemuan itu tidak sekadar mengubah pandangan terhadap wartawan. Warga Desa Pangkal, Sawoo, itu juga menjadi anak asuh akademisi yang merupakan ketua STKIP Ponorogo tersebut. ‘’Jadi, awaln...