Langsung ke konten utama

Pembelajaran Menerima adalah Sebuah Keterbukaan Terbaik.

Telah aku putuskan menjadi sebuah pelarian terbaik atas nama cinta. Aku percaya, tentang kebenaran apa yang kutulis, apa pun itu. Sekalipun aku bukanlah seorang wartawan atau ilmuwan. Semua yang kutulis adalah refleksi dari pengalaman indera dan akal budi.

Bagi seorang Arswendo Atmowiloto, menulis menjadi obat atas luka hati, luka jiwa, dan luka cinta. Ia berjelajah pada dunia sepi nan sunyi ini sebagai pelarian. Tidak ada yang salah tentang cinta. Cinta adalah hak, bukan suatu kewajiban untuk memiliki. Mengapa? Karena setiap orang memiliki hak atas cinta.

Cinta bukanlah nafsu, bukan pula gejolak birahi. Cinta bagiku adalah anugerah. Aku percaya setiap orang memiliki, merasakan anugerah itu. Sejak kecil, bahkan semasa di kandungan, anugerah itu kita rasakan. Sentuhan dan doa adalah cinta.

Dunia menulis bagi beberapa orang menjadi pilihan untuk menuangkan, mengungkapkan, mengemukakan, merefleksikan semua yang dirasa oleh fisik dan batin. Di dunia itu, aku merasa ada kebebasan yang amat bebas. Aku bisa menjelma orang paling jahat dan sadis dalam dunia tulis. Itu, hanya untuk meluapkan emosi diri. Emosi harus segera di keluarkan supaya tidak menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan. Bahwa menahan dan memendam sesuatu yang berat berpengaruh besar terhadap fisik--sakit. Sebab, emosi adalah raksasa dalam pikiran. Ia bisa menjadi musuh terbesar manusia.

Penting diketahui bilamana pikiran yang keras, kaku, dan beku memicu penyakit. Semua penyakit dalam diri kita bermula dari pikiran. Karenanya, segera pilih dan cari solusi untuk memuaskan diri, mengeluarkan segala unek-unek.

Belajar ikhlas terhadap segala hal. Pemelajaran menerima adalah sebuah keterbukaan terbaik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengirim Karya di Koran Radar Madiun Grup Jawa Pos

Halo sahabat menulis. Sudahkah hari ini kalian menulis? Kalau boleh tahu, apa karya terakhir kamu? Ada kabar menarik lo, di koran Radar Madiun grub Jawa Pos terdapat kolom Litera yang memuat karya-karya beraroma sastra. Seperti cerpen, puisi, esai sastra.  Sebenarnya, kolom ini sudah lama ya, sekitar di tahun 2019 akhir. Bagi sahabat memiliki karya, boleh banget dikirim saja di kolom ini.  Aku sudah tiga empat kali muat di sana. Pertama, karya yang termuat adalah puisi tentang kemarau. Kemudian, tulisan kedua berupa cerpen. Cerpen tersebut berjudul Pertanyaan Kalila, dimuat edisi 19 Januari 2020. Ini adalah cerpen saya, bisa langsung intip di blog ya, https://mbak-suci.blogspot.com/2020/01/cerpen-pertanyaan-kalila.html. Ketiga, sebuah esai menarik atas refleksi dari pembacaan novel-novel Arafat Nur. Esai sastra itu berjudul Novel, Kritik Sosial, dan Tragedi Kemanusiaan. Tulisan termuat pada 2 Februari 2020. Kalau sahabat penasaran, bisa intip tulisan di link ini ya, https://mb...

Sinopsis Novel Lampuki Karya Arafat Nur

  Pertemuan dua bukit itu menyerupai tubuh manusia terlentang dengan kedua sisi kakinya merenggang, terkuak serupa selangkang perempuan, sebab di seluk situ tak ada gumpalan melainkan lubang. Persis di selangkangan bukit itulah rumah-rumah beton mungil bercat kapur menumpuk, saling berdesakan, terkesan seperti sedang berlomba-lomba hendak memasuki liangnya.   Begitu sepenggal paragraf pembuka novel Lampuki karya Arafat Nur. Penggalan paragraf di atas mengilustrasikan kampung Lampuki yang menjadi latar tempat dalam novel tersebut. Novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2011 ini, menyuguhkan cerita yang menarik, pedih, dan berani; mengungkit Aceh sebagai luka yang belum sepenuhnya selesai. Dengan gaya penceritaan satire yang cerdas, membincangkan luka negeri sambil tertawa.    Lampuki dikisahkan dalam sudut pandang orang pertama serba tahu melalui tokoh bernama Muhammad Yusuf. Ia adalah seorang teungku di kampung Lampuki. Sebuah kampung di kawasan kaki bukit de...

Setiap Bepergian, Pulang Bawa Tulisan Jurnalistik

Impian Suci Ayu Latifah menjadi wartawan tidak bisa ditawar. Kemampuan menulis terus diasah demi profesi idamannya sejak SMA itu. Salah satunya menjadi citizen reporter.  Senyum Suci Ayu Latifah mengembang kala diminta naik ke atas panggung. Tepuk tangan lantas mengiringi langkah kaki wisudawati jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo 2018/2019 itu yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,88. Nilai itu membuatnya menjadi lulusan terbaik. ‘’Setelah lulus ini, saya ingin jadi reporter,’’ katanya. Wartawan adalah profesi idaman Suci sejak SMA. Bermula dari hobinya mengisi  majalah dinding (mading) dengan karya tulis. Ternyata, karya tersebut diapresiasi teman dan guru-gurunya. Lulus SMA, Suci mengenal Sutejo, pakar literasi Kemendikbud. Ujung pertemuan itu tidak sekadar mengubah pandangan terhadap wartawan. Warga Desa Pangkal, Sawoo, itu juga menjadi anak asuh akademisi yang merupakan ketua STKIP Ponorogo tersebut. ‘’Jadi, awaln...