Langsung ke konten utama

Konsep Filsafat Sastra

Telah dijelaskan pada tulisan edisi 2 Agustus 2020 universalitas sastra dan filsafat, bahwa keduanya bekerja sama merefleksikan dan menemukan kebenaran hidup untuk direnungkan bersama. Dunia filsafat adalah dunia pemikiran, maka berpikirlah manusia tentang segala hal, dan temukan makna kehidupan yang sebenarnya. Sementara, dunia sastra adalah dunia cerita, maka sastra akan merefleksikan segala sesuatu menjadi karya yang indah.


Penting diketahui bahwa antara filsafat dan sastra sesungguhnya membangun imaji studi keilmuan ganda. Orang yang bergerak di bidang sastra dapat mengungkapkan jalan berpikir filsafat di dalam karya sastra (Endraswara, 2012:vii). Filsafat laksana jembatan untuk menemukan kebenaran yang ada dalam sastra. Sebab, sastra itu sendiri mengadung filsafat untuk menemukan filosofi kehidupan. Karenanya, tidak salah apabila para sastrawan ketika menciptakan karya sastra, sesungguhnya sedang berfilsafat.


Adapun konsep filsafat sastra menurut Endraswara merupakan ranah sastra yang berupaya menemukan kebenaran, kebenaran dapat diraih secara filosofi dengan memberdayakan akar-akar proses berpikir. Dengan begitu, penelitian sastra menuntut aspek sikap dan ideologi pengarang merupakan manifestasi cara berpikir (2012:51). Filsafat sastra memuat hasil pemikiran-pemikiran yang bergerak mencari kebenaran. Kebenaran yang dimaksudkan adalah dalam rangka mewujudkan kebenaran sebagai tujuan pencarian ilmu pengetahuan. Filsafat dan ilmu pengetahuan menyumbang bagi perwujudan tujuan yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan sebagai ciri pertama dari filsafat.

Sementara itu, filsafat sastra menurut Djojosuroto (2007:473), filsafat yang menganalisis nilai-nilai kehidupan manusia yang dijabarkan seorang sastrawan dalam karya sastranya; filsafat sastra adalah filsafat yang menganalisis karya sastra dengan latar belakang sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, sastra sebagai pranata sosial yang menggambarkan keadaan masyarakat dan kehidupan budaya pada masa tertentu, dan sastra sebagai refleksi kehidupan manusia dengan Tuhan; filsafat sastra merupakan wadah falsafah kehidupan yang menempatkan nilai kemanusiaan dengan semestinya, terutama di tengah-tengah kehidupan kemajuan sains dan teknologi.

Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari belajar filsafat sastra, di antaranya: (1) semakin cerdas mencermati teks-teks sastra sebagai refleksi pemikiran tentang hidup, (2) dapat mencapai sebuah kebenaran hakiki ketika mampu menikmati berpikir itu indah, dan (3) mampu memahami bahwa dunia yang tak terbatas ini, sesungguhnya ada dalam sastra sebagai corong ilmu menggugah ilmu pengetahuan. Sastra akan mengungkap betapa luas dan dalam ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Ilmu pengetahuan estetis itu baru ada manfaatnya ketika dipikirkan (Endraswara, 2012:vii-viii).

Dengan begitu, konsep filsafat sastra merupakan kajian yang menekankan pada nilai (kebenaran, keindahan, dan kebaikan) dan ilmu pengetahuan yang ada dalam karya sastra. Para sastrawan menyampaikan makna hidup atas dasar pemikirannya. Pemikiran sastrawan bertindak sebagai pembuka mata untuk mencari kebenaran dan pemaknaan hidup dalam mencapai filosofi kehidupan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengirim Karya di Koran Radar Madiun Grup Jawa Pos

Halo sahabat menulis. Sudahkah hari ini kalian menulis? Kalau boleh tahu, apa karya terakhir kamu? Ada kabar menarik lo, di koran Radar Madiun grub Jawa Pos terdapat kolom Litera yang memuat karya-karya beraroma sastra. Seperti cerpen, puisi, esai sastra.  Sebenarnya, kolom ini sudah lama ya, sekitar di tahun 2019 akhir. Bagi sahabat memiliki karya, boleh banget dikirim saja di kolom ini.  Aku sudah tiga empat kali muat di sana. Pertama, karya yang termuat adalah puisi tentang kemarau. Kemudian, tulisan kedua berupa cerpen. Cerpen tersebut berjudul Pertanyaan Kalila, dimuat edisi 19 Januari 2020. Ini adalah cerpen saya, bisa langsung intip di blog ya, https://mbak-suci.blogspot.com/2020/01/cerpen-pertanyaan-kalila.html. Ketiga, sebuah esai menarik atas refleksi dari pembacaan novel-novel Arafat Nur. Esai sastra itu berjudul Novel, Kritik Sosial, dan Tragedi Kemanusiaan. Tulisan termuat pada 2 Februari 2020. Kalau sahabat penasaran, bisa intip tulisan di link ini ya, https://mb...

Sinopsis Novel Lampuki Karya Arafat Nur

  Pertemuan dua bukit itu menyerupai tubuh manusia terlentang dengan kedua sisi kakinya merenggang, terkuak serupa selangkang perempuan, sebab di seluk situ tak ada gumpalan melainkan lubang. Persis di selangkangan bukit itulah rumah-rumah beton mungil bercat kapur menumpuk, saling berdesakan, terkesan seperti sedang berlomba-lomba hendak memasuki liangnya.   Begitu sepenggal paragraf pembuka novel Lampuki karya Arafat Nur. Penggalan paragraf di atas mengilustrasikan kampung Lampuki yang menjadi latar tempat dalam novel tersebut. Novel peraih Khatulistiwa Literary Award 2011 ini, menyuguhkan cerita yang menarik, pedih, dan berani; mengungkit Aceh sebagai luka yang belum sepenuhnya selesai. Dengan gaya penceritaan satire yang cerdas, membincangkan luka negeri sambil tertawa.    Lampuki dikisahkan dalam sudut pandang orang pertama serba tahu melalui tokoh bernama Muhammad Yusuf. Ia adalah seorang teungku di kampung Lampuki. Sebuah kampung di kawasan kaki bukit de...

Setiap Bepergian, Pulang Bawa Tulisan Jurnalistik

Impian Suci Ayu Latifah menjadi wartawan tidak bisa ditawar. Kemampuan menulis terus diasah demi profesi idamannya sejak SMA itu. Salah satunya menjadi citizen reporter.  Senyum Suci Ayu Latifah mengembang kala diminta naik ke atas panggung. Tepuk tangan lantas mengiringi langkah kaki wisudawati jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Ponorogo 2018/2019 itu yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,88. Nilai itu membuatnya menjadi lulusan terbaik. ‘’Setelah lulus ini, saya ingin jadi reporter,’’ katanya. Wartawan adalah profesi idaman Suci sejak SMA. Bermula dari hobinya mengisi  majalah dinding (mading) dengan karya tulis. Ternyata, karya tersebut diapresiasi teman dan guru-gurunya. Lulus SMA, Suci mengenal Sutejo, pakar literasi Kemendikbud. Ujung pertemuan itu tidak sekadar mengubah pandangan terhadap wartawan. Warga Desa Pangkal, Sawoo, itu juga menjadi anak asuh akademisi yang merupakan ketua STKIP Ponorogo tersebut. ‘’Jadi, awaln...